Senin, 18 Oktober 2010

PENGARUH STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN GURU KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2009-2010

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam pembukaan UUD 1945 mengamatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang direlaisasikan oleh pembangunan nasional di bidang pendidikan guna terwujudnya sumber daya manusia yang berkwalitas sesuai dengan tujuan pendidikan yang dihadapkan.
Seluruh upaya dan aktifitas pendidikan, merupakan kegiatan pembelajaran sebagai aktifitas yang utama. Dikatan demikian karena melalui kegiatan pembelajaran itulah tujuan pendidikan akan dapat dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Untuk mencapai perubahan perilaku tersebut (Zainal Aqib, 2003: 90). Menegaskan bahwa ada tiga hal pokok yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu: pertama merencanakan. Kedua menyiapkan dan ketiga melaksanakan pembelajaran di dalam atau di lur kelas, dan melakukan penelitian hasil proses belajar.
Di dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal (3) dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakulkarimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokrasi serta tanggung jawab.
Tercapainya tujuan pendidikan di atas, sangat ditentukan oleh berbagai unsur yang menunjangnya. (E. Mulyasa, 2005: 69) menyatakan unsur-unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Siswa, sebagai subjek dengan segala karakteristik yang dimilikinya berusaha untuk mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin melalui kegiatan pembelajaran. Berbagai kriteria dan potensi yang ikut memberi pengaruh pada proses dan hasil pembelajaran antara lain: kebiasaan belajar, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, keadaan keluarga dan kesehatan.
2. Tujuan adalah suatu yang dituju atau yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan sebagai arahan yang ingin dicapai, tujuan tersebut adalah: adanya perubahan perilaku siswa.
3. Guru selalu mengusahakan terciptanya situasi dan iklim belajar mengajar yang konduktif sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang konduktif dan yang optimal.

Sehubungan dengan belajar: siswa memiliki kebiasaan belajar tersendiri untuk itu mereka akan belajar menurut kebiasaanya. Kebiasaan belajar para siswa ditentukan oleh selera dan kondisi masing-masing, itu dapat berupa waktu belajar, tempat belajar, atau sarana belajar, kemampuan menyerap teori, konsentrasi, dan disiplin dalam belajar.
Waktu belajar akan menentukan kebiasaan belajar siswa. Siswa yang biasa belajar pada pagi hari dan sore hari akan lebih cepat menyerap materi pelajaran dibandingkan mereka yang belajar pada siang hari. Hal ini sejalan dengan pendapat (Muhibbinsyah, 1999: 139) yang menjelaskan belajar apada pagi hari lebih efektif (lebih berhasil dari pada belajar pada waktu lainnya).
Berbagai kebiasaan itu juga akan menentukan tingkat perhatian atau konsentrasi atau daya ingat para siswa. Untuk menumbuhkan konsentasi siswa pada saat belajar perlu upaya dari guru menurut (E.Mulyasa, 2005: 47). Ada berbagai cara dalam menumbuhkan konsentrasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah:
1. Menggunakan variasi metode dalam mengajar
2. Menggunakan variasi media sebagai alat bantu mengajar
3. Menggunakan variasi pengajaran remedial.
4. Melibatkan siswa secara efektif dan menyenangkan
Di dalam stretegi pengelolaan pembelajaran guru pendidikan kewarganegaraan harus mempunyai sikap profesional, kesabaran, keiklasan, juga moralitas yang baik. Menurut (Heru Nugroho, 2005: 140). Guru sebagai pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan khusus dalam perencanaan kurikulum dan meningkatkan sumber daya peserta didik yang dihasilkan.

II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: sejauhmanakah pengaruh strategi pengelolaan pembelajaran guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terhadap tingkat kesulitan belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Kota Bima Tahun Pelajaran 2009-2010”



III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.
3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Ingin mengetahui sejauhmanakah pengaruh strategi pengelolaan pembelajaran guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terhadap tingkat kesulitan belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Kota Bima Tahun Pelajaran 2009-2010”

3.2. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini meliputi:
3.2.1 Manfaat Teoritis.
3.2.1.1 Ikut serta menyumbangkan konsep-konsep yang menyangkut penggunaan pengelolaan pembelajaran.
3.2.1.2 Ikut serta menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya.
3.2.2 Manfaat Praktis.
3.2.2.1 Sebagai reverensi bagi guru dalam memahami pengelolaan pembelajaran.
3.2.2.2 Sebagai landasan bagi siswa untuk mengetahui, memahami dan penggunaan serta fungsi dari pengelolaan pembelajaran.

IV. Asumsi Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006 : 27) memberikan suatu gambaran pengertian umum dan asumsi atau anggapan dasar yang dalam hal ini disebutkan “Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya”. Dilain pihak asumsi juga diartikan sebagai “penyataan yang diterima tanpa harus dibuktikan kebenarannya oleh peneliti (Noeng Muhadjir, 1981 : 13).
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang kebenaran suatu fakta yang tidak perlu dibuktikan lagi.
Dari kedua pengertian di atas, maka asumsi yang melandasi suatu penelitian sangat diperlukan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagai sarana untuk berpijak dalam masalah yang akan dijadikan objek penelitian.
2. Sebagai usaha untuk mempertegas masalah yang menjadi fokus pehatian peneliti.
3. Sebagai langkah awal untuk menentukan dan merumuskan jenis asumsi yang akan digunakan (Suharsimi Arikunto, 2006 : 82).

Atas dasar pembahasan tersebut, maka asumsi yang melandasi penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.1 Pengelolaan pembelajaran yang bervariasi, kreatif dan inovatif akan menunjang proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
4.2 Untuk merangsang atau mendorong siswa untuk lebih giat dan aktif dalam belajar agar dapat mencapai dan mengetahui/memahami tingkat kesulitan belajar siswa yang diinginkan dengan melaui penggunaan pengelolaan pembelajaran yang bervariai.


V. KAJIAN PUSTAKA
5.1 Pengertian Pengelolaan Pembelajaran.
Pengelolaan adalah proses mengatur agar seluruh potensi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan, yaitu perencanaan (plenning), pengorganisasian (organizing), pengerahan (aktuating), pengawasan (controlling) (Depdikbud, 1996: 114).
Pengelolaan merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang konduktif, dan mengendalikannya jika terganggu dalam pembelajaran. Menurut (E. Mulyasa 2003-91) beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan:
Pertama : Kehangatan dan keantusiasan.
Kedua : Tantangan.
Ketiga : Berfariasi.
Keempat : Luwes.
Kelima : Berkenaan hal-hal positif.
Keenam : Penanaman disiplin diri.

Apapun balasan yang diberikan, ada persamaan diantaranya bahwa pengelolaan adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan kopmpleks.
Sedangkan pengertian dari pembelajaran adalah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidkan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Syaiful Sagala 2006: 16).

Guru pendidikan kewarganegaraan dituntut untuk memiliki multi peran, sehingga menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang efektif.
Guru harus meningkatkan kreatifitasnya secara personal yang dilakukan pada kwalitas dari hal ini diperlukan untuk bisa memahami dan menganalisa secara sepat dan tepat tingkatan respon dan kemampuan siswa yang beragam, sehingga memudahkan guru untuk membuat perencanaan yang praktis dalam memecahkan kesulitan belajar pada mata pelajaran tertentu, seperti: PKN, materi ini cenderung tidak di minati siswa karena berbagai alasan misalnya. Penyampaian guru tidak menarik, metode yang dipakai tidak kreatif, komparatif guru yang rendah.
Bagi guru yang kreatif dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya mampu mengantisipasi masalah ini, karena keberhasilan dalam memecahkan problema dalam belajar mengajar secara tidak langsung dapat meningkatkan motifasi diri dan juga minat belajar siswa sebagai tujuan utama pendidikan. Secara teoritis fungsi guru mengajarkan sifatnya secara luas, misalnya: Tidak semata-mata sebagai pengajar tetapi sebagai pemimpin, pengatur lingkungan, partisipasi, expediator, perencanaan, supervision dalam rangka mencakup proses belajar mengajar yang berkualitas (Muh. Uzer Usman, 1996: 9).
Di dalam menghadapi tingkat kesulitan belajar, maka seorang guru pendidikan kewarganegaraan mempunyai strategi yang handal dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran peserta didik yang dibantu oleh guru melibatkan diri dalam proses pembelajaran, upaya mengembangkan modifikasi kegiatan belajar tersebut erat kaitannya dengan hasil penilaian kegiatan pembelajaran antara lain: Tehnik ceramah berfariasi, forum, studikasus, simulat, berbagai langkah yang ditempuh oleh seorang pendidik dan guru sebagai fasilitator untuk mewujudkan kopetensi dasar dan hal yang ditempuh melalui berbagai cara tergantung pada situwasi dan kondisi dan kebutuhan dan kemampuan/kesiapan peserta didik.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menentukan aktifitas dan kreatifitas serta kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang diprogramkan secara efektif dan efisien juga menyenangkan (Saylor 1998.227).
Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kopetensi, apakah kegiatan dihentikan atau diubah metodenya atau mengulangi dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus mempunyai prinsip-prinsip dalam pengelolaan bembelajaran, penilaian hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dalam pendekatan bembelajaran kopetensi tersebut. Itu merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga profesional, hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktek secara intentif (merangsang).
Oleh karena itu guru harus menyadari bahwa sebagai seorang pendidik harus memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan berbagai aspek paedagogis, psikologis dan didaktis secara bersama.
1. Aspek paedagogis: menunjukan pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam lingkungan sekolah.
2. Aspek psikologis menunjukan pada kenyataan bahwa proses belajar secara independen mengandung fariasi seperti; keterampilan motorik, belajar konsep dan belajar sikap.
3. Aspek didaktis secara bersama mengandung pengaturan pembelajaran peserta didik dan guru, dalam hal ini menunjukan secara cepat jenis pembelajaran paling berperan dalam proses tertenu yang mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai secara internal dan eksternal untuk kepentingan tersebut. (Gagne 1985: 32).

Sebagai seorang pendidik harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas mengenai jenis belajar seperti menciptakan suasana yang konduktif yang nyaman tentunya dengan melalui program yang namanya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM).
5.1.1 Langkah-langkah pengelolaan pembelajaran (R.Angkowo, 1993: 8) yaitu:
a. Memberikan topik atau tujuan yang pembelajaran yang akan dibahas.
b. Menyampaikan secara afektif kegiatan belajar yang akan ditempuh oleh siswa.
c. Membantu atau menyajikan materi pendidikan
Sedangkan menurut lames and Coper (1990: 346) yaitu:
a. Merumuskan kondisi kelas yang dikehendaki
b. Menganalisis kondisi kleas yang ada pada saat ini.
c. Memiliki dan menggunakan strategi manajerial
d. Nilai afektifitas manajerial.

5.1.2 Kegunaan pengelolaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar secara umum media pembelajaran secara umum memperjelas penyaji, pengolahan dalam prencanaan penganalisir dan sekaligus sebagai monitoring
Sedangkan menurut jarolemek dan Foster (1981:64) mengajar mengandung tiga peranan besar yaitu; planning for learning and instruction fasilitatory of learning and evalution.
Lebih lanjut diuraikan bahwa pengelolaan dalamproses pembelajaran seperti mengatasi keterbarasa ruang, waktu dan daya indra.
Ahmad Badaur (1990:31-35) mengatakan bahwa mengajar guru di katakan berkualitas apabila seorang guru dapat menampilkan kelakuan yang baik dalam usaha mengajarkan. Kelakuan guru tersebut dapat mencerminkan kemampuam guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas :
1. Kemampuan dalam mempersiapkan pengajaran
2. Kemampuan dalam melaksanakan pengajaran
3. Kemampuan mengevaluasi/penilaian/pelayanan pengajaran
Dengan menggunakan pengelolaan pembelajaran secara tepat dan berfariasi dapat diatasi dengan sifat positif anak didik, dalam hal ini pengelolaan pembelajaran berguna untuk:
1. Menimbulkan kegaiarahan belajar
2. Memungkinkan interaksi yang lebih langsunga antara anak didik dengan lingkungan kenyataan
3. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya (Arif S, sardiman, dkk 1990:17-18).
Demikianlah beberapa hal yang berkaitan tingkah laku yang dapat diidentifikasi sebagai perbuatan hasil belajaryang diakukan individu dalam konteksbelajar dari kehidupannya. Dengan demikian maka pengelolaan pembeljaranmemberikan perpaduan dari berbagai terhadap perubahan siswa dan memberikan rangsangan baim siswa dari dalam maupun dari luar individu misalnya; intelegensi, minat motifasi dan sebagainya
Jikan disimak pengelolaan pembelajaran di atas, maka media pembelajaran merupakan sebagai proses perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku dari perubahan tingkah laku sebagaimana dinyatakan dalam kutipan di bawah ini
Perunagahn tingkahlaku yang disebabkan belajar itu antara lain
1. Internasional
2. Positif dan aktif artinya bermanfaat serta merupakan hasil sendiri
3. Efektif dan fungsional, artinya berpengaruh mendorong timbulnya perubahan baru (Muhibbinsyah, 1995: 140)
dengan sifat yang unik pada setiap siswa lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apabila latar belakang guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan pengelolaan pembelajaran yaitu dengan kemampuannya.
1. Memberikan perangsang yang sama.
2. Mempersamakan pengalaman
3. Menimbulkan persepsi yang sama (Arif S. Sadiman, dkk. 1990.17-18).
Kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung. Kesulitan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia dan alasia perkembangan.
Sedangkan pengertian-pengertian belajar menurut para ahli psikologi pendidikan, bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dalam lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalaman sendiri dalam atraksi dalam lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2). Adapun pengertian dari kesulitan belajar adalah merupakan proses dalam salah satu atau lebih gangguan dalam jiwa baik secara intern maupun ekstern (Indiogi ataupun Eksogin).
Denagan demikian, kondisi dimana siswa juga dapat belajar sebagai mana mestinya, baik menerima maupun menyerap pelajaran. Inilah yang dinamakan “kesulitan belajar” atau dengan kata lain kesulitan belajar adalah suatu kejadian ataupun peristiwa yang menunjukkan bahwa dalam pencapaiannya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada sejumlah siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai secara tuntas bahan atau materi yang diberikan (Arikunto-Hasmini, 1997 :42).
5.2 Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Aktifitas belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah sebab semua aktifitas belajar yang dimaksud untuk mencapai keberhasilan proses belajar bagi setiap siswa yang sedang menjalani studi di sekolah tersebut. namun aktifitas belajar siswa terkadang mengalami kesulitan, baik yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang mungkin di akibatkan kondisi internal yang tidak kurang mendukung proses aktifitas belajar tersebut, bakat minat, motivasi, kesehatan mental, dan faktor-faktor internal lainnya maupun yang diakibatkan oleh adanya faktor eksternal seperti faktor orang tua, suasana rumah/keluarga, keadaan ekonomi keluarga, faktor sekolah, media masa dan lingkungan soaial dimanapun siswa berada. Akan tetapi, jika kesulitan yang dialami siwa tersebut disebabkan karena adanya kelemahan-kelemahan individual seperti intelegensi yang lelah, kurang penghargaan. Maka persoalan belajar yang dialami siswa tersebut mungkin berakibat kurang berserapnya daya tangkap belajar siswa terhadap pembelajaran tertentu, sehingga pada akhirnya tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam kenyataannya, siswa yang melakukan kegiatan belajar tidak selamanya lancar. Seringkali dialami berbagai kesulitan yang menghambat belajarnya. (Sukardi, 1999 : 66-63). Dalam bukunya profesionalisme guru, dalam pembelajaran diperbincangkan, secara panjang lebar menjelaskan mengenai berbagai kesulitan atau hambatan dapat diklasifikasi menjadi 2 (dua) faktor yaitu:
Faktor endogen dan faktor eksogen, masing-masing akan dirincikan sebagai berikut :
1. Faktor indogen adalah faktor yang datang dari diri pelajar atau siswa sendiri meliputi:
a. faktor biologi (faktor yang bersifat jasmanianak pelajar atau siswa, seperti cacat atau kesehatan).
b. Faktor psikologis adalah yang berhubungan dengan rohani, termasuk dalam faktor ini adalah intelejensi, perhatian, minat, bakat, emosi.
2. Faktor eksogen adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, meliputi:
a. Faktor lingkungan keluarga
b. Faktor lingkungan sekolah
c. Faktor lingkungan masyarakat

5.3 Pengaruh kurangnya media pembelajaran terhadap tingkat kesulitan.
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa penggunaan media pembelajaran juga sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang baik dan efektif. Media pembelajaran juga merupakan alat sebagai penyampaian pesan kepada siswa. Media pembelajaran merupakan alat sebagai pendorong.
Namun dalam hal ini penggunaan media pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dipengaruhi tingkat kesulitan blajar baik itu yang berasal dari diri maupun dalam diri siswa untuk mempergunakan media dengan semaksimal mungkin dngan keseriusannya.
Media pembelajaran itumerupakan sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan atau merupakan proses komunikasi dua arah, yang dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan yang ada pada guru dan siswa sebagai penentu utama keberhasilan pendidikan.

VI. Hipotesisi Penelitian
Dari arti katanya hipotesis berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu hipo yang artinya di bawah, sedangkan thesa atinya kebenaran. Jadi hipotesis adalah suatu kebenaran yantg masih perlu diuji kebenarannya (di bawah kebenaran) (Suharsimi Arikunto, 2006 : 71).
Senada dengan hal diaatas menurut Kartini Kartono mengartikan bahwa hipotesis adalah stelling, patokan, pendirian dalil yang dianggap benar, juga berarti onderstelling, persangkaan perdugaan yang dianggap benar untuk sementara waktu dan perlu dibuktikan kebenarannya (dalam Ahmad Usman, 2006 : 56).
Berdasarkan pendapat ditas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu kebenaran yang harus diuji kebenarannya melalui penelitian. Oleh karena itu yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh strategi pengelolaan pembelajaran guru pendidikan kewarganegaraan terhadap tingkat kesulitan belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Kota Bima tahun pelajaran 2009-2010

VII. METODE PENELITIAN
7.1 Metode Yang Digunakan
Sebagai suatu kegiatan yang bertujuan, maka terlebih dahulu harus ditentukan, metode penelitian yang akan ditentukan dalam menyelesaikan masalah ini, dimana metode penelitian yang akan ditetapkan untuk mengkaji masalah ini adalah metode deksriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan tentang sesuatu variabel secara apa adanya mulai dari pengumpulan data, penafsiran dan penampilan hasilnya menggunakan angka (Suharsimi Arikunto, 2006 : 239).
Penelitian diskriptif kuantitatif adalah masalah yang akan diteliti yaitu masalah dalam bentuk angka-angka (Ahmad Usman, 2006 : 104).
Selanjutnya menurut Abu Ahmadi (1991 : 21), mendefinisikan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasi.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskriptif kuantitatif yang penulis maksudkan adalah suatu metode yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada sekarang dengan cara mengumpulkan data-data yang berupa angka-angka tentang korelasi antara teknologi pengajaran terhadap prestasi belajar siswa.



7.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam penentuan lapangan/lokasi penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif yaitu pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berda di lapangan (Leoxy J Moleong, 2000 : 86).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah di SMAN 2 Kota Bima dengan keadaan siswa sebagai berikut :
TABEL I : Keadaan Siswa SMA Negeri 2 Kota Bima.
No. Kelas Bagian Keadaan Siswa Jumlah
L P
1. Kelas II 1 18 22 40
2. Kelas II 2 21 19 40
3 Kelas II 3 20 20 40
4. Kelas II 4 17 23 40
5. Kelas II 5 20 20 40
Jumlah 200
Sumber Data : SMAN 2 Kota Bima.

7.3 Metode Penentuan Subjek Penelitian.
7.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dab subyek yang mempunyai kualitas dan kareteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2006 : 117). Selanjut popoulasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006 : 130).
Dari pendapat di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek/subyek tertentu yang ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan atau total siswa yang ada dikelas VIII SMAN 2 Kota Bima yang berjumlah 200 orang yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah siswa pada masing-masing kelas rata-rata 40 orang siswa.
TABEL II : Jumlah Populai Penelitian
No. Kelas Bagian Keadaan Siswa Jumlah
L P
1. Kelas II 1 18 22 40
2. Kelas II 2 21 19 40
3 Kelas II3 20 20 40
4. Kelas II 4 17 23 40
5. Kelas II 5 20 20 40
Jumlah 200 200
Sumber Data : SMAN 2 Kota Bima.

7.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006: 118). Disamping itu pula Suharsimi Arikunto mengatakan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006 : 131).
Berdasarkan kedua pendapat di atas yang dimaksud dengan sampel adalah wakil dari populasi yang ada, sehingga dalam penelitian ini sampel penulis akan berpatokan pada pendapat berikut ini. Dalam penelitian ini sampel akan diambil 15% dari 200 orang siswa yaitu 30 hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto bahwa “Apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua selanjutnya bila jumlah subyeknya lebih dari 100 dilakukan secara prosentase yaitu sekitar 10% sampai 15% atau 20-25% (2006 : 134). Jadi untuk mendapatkan jumlah sampel tersebut, maka peneliti akan melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik random sampling dengan cara undian.
Telnik random sampling adalah teknik pengmabilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi).
TABEL III: Jumlah Sampel Penelitian.
No. Kelas Bagian Keadaan Siswa Jumlah
L P
1. Kelas II 1 3 3 6
2. Kelas II 2 3 3 6
3 Kelas II 3 3 3 6
4. Kelas II 4 3 3 6
5. Kelas II 5 3 3 6
Jumlah 30
Sumber data: Data diolah.



7.4 Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian ini, sebab itulah yang akan diolah sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi dan angket yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
5.4.1 Metode Angket
Angket adalah suatu daftar yang berisikan daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti (cholid Narbuko, dan Abu Ahmadi, 2005 : 76). Ahli lain mengatakan bahwa angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis, kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006 : 199).
Berangkat dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa angket adalah suatu metode pengumpulan data yang berisikan pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh sejumlah orang yang menjadi obyek penelitian.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang astrategi pengelolaan pembelajaran.
5.4.2 Metode Dokumentasi
Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data-data, catatan-catatan terulis atau dokumentasi lembaga yang ada (sekolah) hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh W. Gulo Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu (2002 : 123).
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lenger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 231).
Dokumentasi dapat diartikan sebagai barang tertulis, dari pendapat di atas diambil suatu pengertian bahwa dokumentasi ialah metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mentransfer data yang telah tersedia dalam dokumen kedalam daftar isi yang telah disediakan. Dengan memahami pengertian ini, maka metode dokumetasi akan dipergunakan untuk memperoleh data tentang tingkat kesulitan belajar siswa.

7.5 Jenis dan Sumber Data
7.5.1 Jenis data
Sebagai mana diketahui bahwa jenis data itu hanya dikelompokan menjadi dua kategori, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkatkan. (Ahmad Usman, 2006 : 104).

Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi jenis data dalam penelitian ini data kuantitatif dalam penelitian ini adalah mengenai perhitungan angka-angka atau skor berupa hasil angket dan dokumen. Data kuantitatif dapat dibagi menjadi beberapa skala yaitu :
a. Skala nomimal yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya hanya sekedar label atau kode saja.
b. Skala Ordinal yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya menyatakan tingkat dengan jarak atau rentang yang tidak harus sama.
c. Skala Interval yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya juga menyatakan tingkat dengan jarak atau rentang yang harus sama, namnun tidak terdapat titik nol absolut
d. Skala Rasio yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya menghimpun semua sifat dari ketiga skala lainnya dan dilengkapi titik nol absolut dengan makna empiris (M. Iqbal Hasan, 2002 : 70).

Berdasarkan pendapat di atas maka skala yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah skala interval.

7.5.2 Sumber data
Demikian pula halnya dengan jenis data, maka sumber data dapat diklasifikasikan dua bagian, yaitu sumber datar primer dan sumber data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data atau data yang dikumpulkan sendiri oleh perseorangan atau suatu organisasi langsunng melalui obyeknya
2. Data sekunder
Data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2006 : 308-309).

Jadi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang diperoleh melalui siswa berupa hasil angket selama penelitian berlangsung. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh lewat buku raport berupa angka atau nilai hasil ulangan semester.



7.6 Identifikasi Dan Devinisi Operasional Variabel
7.6.1 Identifikasi variabel
Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, (2005 : 119) variabel itu diidentifikasi menjadi dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat,
1. Variabel bebas adalah kondisi-kondisi atau karateristik-karateristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi.
2. Variabel terikat yaitu kondisi atau karateristik yang berusaha atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubahan atau mengganti variabel bebas. Menurut fungsi variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karena juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel terpengaruhi (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005 : 119).

Selanjutnya menurut Sugiyono, (2006 :61) bahwa variable dapat di kelompokkan pula menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
a. Variabel bebas (independen) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
b. Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Dengan demikian yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknologi pembelajaran.

7.6.2 Definisi operasional variabel
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran penelitian ini, maka variabel yang dipergunakan dipandang perlu untuk didefinisikan secara operasional.
5.6.2.1 Pengelolaan pembelajaran adalah bentuk-bentuk komunikasi yang baik (plening)-( organizing)-(pengarah)-(acktualing)(kontroling/pengawasan).
7.6.2.2 Kesulitan belajar adalah hasil yang tidak dicap[ai oleh seseorang dalam hal belajar yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk gangguan fisik atau psikis baik dari indogen atau exsogen pada anak itu sendiri.

7.7 Metode Analisis Data
Untuk dapat menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, maka teknik analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode statistika dengan rumus teknik korelasi produk moment sebagai berikut :
NΣxy-(∑x)(∑y)
rxy = √ {NΣx2 – (Σx)2}{NΣy2 – (Σy) 2 }

Keterangan :
r = Koefisien korelasi
xy = Jumlah skor x dan y
Σx = Jumlah skor dalam Variabel x
Σy = Jumlah skor dalam Variabel y
Σxy = Jumlah hasil kali skor x dengan skor yyang berpasangan
Σx = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel x
Σy = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel y
N = Banyak subyek skor x dan y yang berpasangan
Pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikasi 5% tabel nilai “Product Moment” dengan kriteria sebagai bentuk :
Bila r hitung .> r tabel maka ha diterima.
Bila r hitung .< r tabel maka ho ditolak. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 256).


































DAFTAR PUSTAKA



Abu Ahmadi dkk, 2005. Metodologi Penelitian. Bumi aksara. Jakarta.

Ahmad Sudrajad, 1991. Pengelolaan Pembelajaran. PT Grasindo. Jakarta

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek,Edisi Revisi, Jakarta: Renika Cipta.

Abdurrahman Fathoni. 2005. Metodologi Penelitian dan tekhnik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta Karya. Jakarta

Bohar Suharto, 2003. Pendekatan dan Tekhnik dalam Proses Belajar Mengajar. PT Tarsito Bandung

Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Guru dan Anak Murid Dan Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakaria

Dimiyati, dkk, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta.

Djamarah, 2003. Kesulitan Belajar. PT Rosdakarya. Jakarta

Djam’an Satori, dkk, 2002. Profesi Keguruan. Universitas Terbuka. Jakarta

Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, 1997, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta.

E. Mulyasa, 2005. Kurikulum Yang Disempurnakan. PT Rineka Cipta Karya. Jakarta

E. Mulyasa, 2004. Guru Profesional Dalam Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. PT Rineka Cipta Karya. Jakarta

Jalaluddin, 2001. Teknologi Pendidikan. PT Rajagrafindo. Jakarta

Karti Suharto, dkk, 2003. Teknolohi Pembelajaran. Surabaya Intelectual Club. Jakarta
Muhtar, dkk, 2001. Teori dan Penerapannya Dalam Pembelajaran (Pengajaran Remedial). PT Nimas Multima

Muhibbinsyah, 1995. Psikologi Belajar. Rajawali Pers. Jakarta

Nurkencana Wayan, 1998. Evaluasi Pendidikan, Pen.Rineka Cipta: Bandung.
Ngalim Purwanto, 1999 Evaluasi Hasil Belajar. Rineka Cipta: Bandung
Sardiman, 1996. Interaksi Belajar Mengajar, Rajawali Press: Jakarta.
Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.
Sudjana Nana. 1986. Psikologi Pendidikan. Usaha Nasional. Jakarta
Surya Muhammad, 2000. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Usaha Nasional surabaya

Trisno Hadi Subroto, 2003. Pembelajaran Terpadu. Universitas Terbuka
Winarno Surachmad, 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Dasar Tekhnik dan Metode Mengajar. Bandung Tarsito.