Senin, 18 Oktober 2010

PENGARUH STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN GURU KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2009-2010

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam pembukaan UUD 1945 mengamatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang direlaisasikan oleh pembangunan nasional di bidang pendidikan guna terwujudnya sumber daya manusia yang berkwalitas sesuai dengan tujuan pendidikan yang dihadapkan.
Seluruh upaya dan aktifitas pendidikan, merupakan kegiatan pembelajaran sebagai aktifitas yang utama. Dikatan demikian karena melalui kegiatan pembelajaran itulah tujuan pendidikan akan dapat dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Untuk mencapai perubahan perilaku tersebut (Zainal Aqib, 2003: 90). Menegaskan bahwa ada tiga hal pokok yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu: pertama merencanakan. Kedua menyiapkan dan ketiga melaksanakan pembelajaran di dalam atau di lur kelas, dan melakukan penelitian hasil proses belajar.
Di dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal (3) dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakulkarimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokrasi serta tanggung jawab.
Tercapainya tujuan pendidikan di atas, sangat ditentukan oleh berbagai unsur yang menunjangnya. (E. Mulyasa, 2005: 69) menyatakan unsur-unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Siswa, sebagai subjek dengan segala karakteristik yang dimilikinya berusaha untuk mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin melalui kegiatan pembelajaran. Berbagai kriteria dan potensi yang ikut memberi pengaruh pada proses dan hasil pembelajaran antara lain: kebiasaan belajar, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, keadaan keluarga dan kesehatan.
2. Tujuan adalah suatu yang dituju atau yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan sebagai arahan yang ingin dicapai, tujuan tersebut adalah: adanya perubahan perilaku siswa.
3. Guru selalu mengusahakan terciptanya situasi dan iklim belajar mengajar yang konduktif sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang konduktif dan yang optimal.

Sehubungan dengan belajar: siswa memiliki kebiasaan belajar tersendiri untuk itu mereka akan belajar menurut kebiasaanya. Kebiasaan belajar para siswa ditentukan oleh selera dan kondisi masing-masing, itu dapat berupa waktu belajar, tempat belajar, atau sarana belajar, kemampuan menyerap teori, konsentrasi, dan disiplin dalam belajar.
Waktu belajar akan menentukan kebiasaan belajar siswa. Siswa yang biasa belajar pada pagi hari dan sore hari akan lebih cepat menyerap materi pelajaran dibandingkan mereka yang belajar pada siang hari. Hal ini sejalan dengan pendapat (Muhibbinsyah, 1999: 139) yang menjelaskan belajar apada pagi hari lebih efektif (lebih berhasil dari pada belajar pada waktu lainnya).
Berbagai kebiasaan itu juga akan menentukan tingkat perhatian atau konsentrasi atau daya ingat para siswa. Untuk menumbuhkan konsentasi siswa pada saat belajar perlu upaya dari guru menurut (E.Mulyasa, 2005: 47). Ada berbagai cara dalam menumbuhkan konsentrasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah:
1. Menggunakan variasi metode dalam mengajar
2. Menggunakan variasi media sebagai alat bantu mengajar
3. Menggunakan variasi pengajaran remedial.
4. Melibatkan siswa secara efektif dan menyenangkan
Di dalam stretegi pengelolaan pembelajaran guru pendidikan kewarganegaraan harus mempunyai sikap profesional, kesabaran, keiklasan, juga moralitas yang baik. Menurut (Heru Nugroho, 2005: 140). Guru sebagai pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan khusus dalam perencanaan kurikulum dan meningkatkan sumber daya peserta didik yang dihasilkan.

II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: sejauhmanakah pengaruh strategi pengelolaan pembelajaran guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terhadap tingkat kesulitan belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Kota Bima Tahun Pelajaran 2009-2010”



III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.
3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Ingin mengetahui sejauhmanakah pengaruh strategi pengelolaan pembelajaran guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terhadap tingkat kesulitan belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Kota Bima Tahun Pelajaran 2009-2010”

3.2. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini meliputi:
3.2.1 Manfaat Teoritis.
3.2.1.1 Ikut serta menyumbangkan konsep-konsep yang menyangkut penggunaan pengelolaan pembelajaran.
3.2.1.2 Ikut serta menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya.
3.2.2 Manfaat Praktis.
3.2.2.1 Sebagai reverensi bagi guru dalam memahami pengelolaan pembelajaran.
3.2.2.2 Sebagai landasan bagi siswa untuk mengetahui, memahami dan penggunaan serta fungsi dari pengelolaan pembelajaran.

IV. Asumsi Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006 : 27) memberikan suatu gambaran pengertian umum dan asumsi atau anggapan dasar yang dalam hal ini disebutkan “Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya”. Dilain pihak asumsi juga diartikan sebagai “penyataan yang diterima tanpa harus dibuktikan kebenarannya oleh peneliti (Noeng Muhadjir, 1981 : 13).
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang kebenaran suatu fakta yang tidak perlu dibuktikan lagi.
Dari kedua pengertian di atas, maka asumsi yang melandasi suatu penelitian sangat diperlukan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagai sarana untuk berpijak dalam masalah yang akan dijadikan objek penelitian.
2. Sebagai usaha untuk mempertegas masalah yang menjadi fokus pehatian peneliti.
3. Sebagai langkah awal untuk menentukan dan merumuskan jenis asumsi yang akan digunakan (Suharsimi Arikunto, 2006 : 82).

Atas dasar pembahasan tersebut, maka asumsi yang melandasi penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.1 Pengelolaan pembelajaran yang bervariasi, kreatif dan inovatif akan menunjang proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
4.2 Untuk merangsang atau mendorong siswa untuk lebih giat dan aktif dalam belajar agar dapat mencapai dan mengetahui/memahami tingkat kesulitan belajar siswa yang diinginkan dengan melaui penggunaan pengelolaan pembelajaran yang bervariai.


V. KAJIAN PUSTAKA
5.1 Pengertian Pengelolaan Pembelajaran.
Pengelolaan adalah proses mengatur agar seluruh potensi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan, yaitu perencanaan (plenning), pengorganisasian (organizing), pengerahan (aktuating), pengawasan (controlling) (Depdikbud, 1996: 114).
Pengelolaan merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang konduktif, dan mengendalikannya jika terganggu dalam pembelajaran. Menurut (E. Mulyasa 2003-91) beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan:
Pertama : Kehangatan dan keantusiasan.
Kedua : Tantangan.
Ketiga : Berfariasi.
Keempat : Luwes.
Kelima : Berkenaan hal-hal positif.
Keenam : Penanaman disiplin diri.

Apapun balasan yang diberikan, ada persamaan diantaranya bahwa pengelolaan adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan kopmpleks.
Sedangkan pengertian dari pembelajaran adalah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidkan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Syaiful Sagala 2006: 16).

Guru pendidikan kewarganegaraan dituntut untuk memiliki multi peran, sehingga menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang efektif.
Guru harus meningkatkan kreatifitasnya secara personal yang dilakukan pada kwalitas dari hal ini diperlukan untuk bisa memahami dan menganalisa secara sepat dan tepat tingkatan respon dan kemampuan siswa yang beragam, sehingga memudahkan guru untuk membuat perencanaan yang praktis dalam memecahkan kesulitan belajar pada mata pelajaran tertentu, seperti: PKN, materi ini cenderung tidak di minati siswa karena berbagai alasan misalnya. Penyampaian guru tidak menarik, metode yang dipakai tidak kreatif, komparatif guru yang rendah.
Bagi guru yang kreatif dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya mampu mengantisipasi masalah ini, karena keberhasilan dalam memecahkan problema dalam belajar mengajar secara tidak langsung dapat meningkatkan motifasi diri dan juga minat belajar siswa sebagai tujuan utama pendidikan. Secara teoritis fungsi guru mengajarkan sifatnya secara luas, misalnya: Tidak semata-mata sebagai pengajar tetapi sebagai pemimpin, pengatur lingkungan, partisipasi, expediator, perencanaan, supervision dalam rangka mencakup proses belajar mengajar yang berkualitas (Muh. Uzer Usman, 1996: 9).
Di dalam menghadapi tingkat kesulitan belajar, maka seorang guru pendidikan kewarganegaraan mempunyai strategi yang handal dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran peserta didik yang dibantu oleh guru melibatkan diri dalam proses pembelajaran, upaya mengembangkan modifikasi kegiatan belajar tersebut erat kaitannya dengan hasil penilaian kegiatan pembelajaran antara lain: Tehnik ceramah berfariasi, forum, studikasus, simulat, berbagai langkah yang ditempuh oleh seorang pendidik dan guru sebagai fasilitator untuk mewujudkan kopetensi dasar dan hal yang ditempuh melalui berbagai cara tergantung pada situwasi dan kondisi dan kebutuhan dan kemampuan/kesiapan peserta didik.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menentukan aktifitas dan kreatifitas serta kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang diprogramkan secara efektif dan efisien juga menyenangkan (Saylor 1998.227).
Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kopetensi, apakah kegiatan dihentikan atau diubah metodenya atau mengulangi dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus mempunyai prinsip-prinsip dalam pengelolaan bembelajaran, penilaian hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dalam pendekatan bembelajaran kopetensi tersebut. Itu merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga profesional, hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktek secara intentif (merangsang).
Oleh karena itu guru harus menyadari bahwa sebagai seorang pendidik harus memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan berbagai aspek paedagogis, psikologis dan didaktis secara bersama.
1. Aspek paedagogis: menunjukan pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam lingkungan sekolah.
2. Aspek psikologis menunjukan pada kenyataan bahwa proses belajar secara independen mengandung fariasi seperti; keterampilan motorik, belajar konsep dan belajar sikap.
3. Aspek didaktis secara bersama mengandung pengaturan pembelajaran peserta didik dan guru, dalam hal ini menunjukan secara cepat jenis pembelajaran paling berperan dalam proses tertenu yang mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai secara internal dan eksternal untuk kepentingan tersebut. (Gagne 1985: 32).

Sebagai seorang pendidik harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas mengenai jenis belajar seperti menciptakan suasana yang konduktif yang nyaman tentunya dengan melalui program yang namanya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM).
5.1.1 Langkah-langkah pengelolaan pembelajaran (R.Angkowo, 1993: 8) yaitu:
a. Memberikan topik atau tujuan yang pembelajaran yang akan dibahas.
b. Menyampaikan secara afektif kegiatan belajar yang akan ditempuh oleh siswa.
c. Membantu atau menyajikan materi pendidikan
Sedangkan menurut lames and Coper (1990: 346) yaitu:
a. Merumuskan kondisi kelas yang dikehendaki
b. Menganalisis kondisi kleas yang ada pada saat ini.
c. Memiliki dan menggunakan strategi manajerial
d. Nilai afektifitas manajerial.

5.1.2 Kegunaan pengelolaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar secara umum media pembelajaran secara umum memperjelas penyaji, pengolahan dalam prencanaan penganalisir dan sekaligus sebagai monitoring
Sedangkan menurut jarolemek dan Foster (1981:64) mengajar mengandung tiga peranan besar yaitu; planning for learning and instruction fasilitatory of learning and evalution.
Lebih lanjut diuraikan bahwa pengelolaan dalamproses pembelajaran seperti mengatasi keterbarasa ruang, waktu dan daya indra.
Ahmad Badaur (1990:31-35) mengatakan bahwa mengajar guru di katakan berkualitas apabila seorang guru dapat menampilkan kelakuan yang baik dalam usaha mengajarkan. Kelakuan guru tersebut dapat mencerminkan kemampuam guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas :
1. Kemampuan dalam mempersiapkan pengajaran
2. Kemampuan dalam melaksanakan pengajaran
3. Kemampuan mengevaluasi/penilaian/pelayanan pengajaran
Dengan menggunakan pengelolaan pembelajaran secara tepat dan berfariasi dapat diatasi dengan sifat positif anak didik, dalam hal ini pengelolaan pembelajaran berguna untuk:
1. Menimbulkan kegaiarahan belajar
2. Memungkinkan interaksi yang lebih langsunga antara anak didik dengan lingkungan kenyataan
3. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya (Arif S, sardiman, dkk 1990:17-18).
Demikianlah beberapa hal yang berkaitan tingkah laku yang dapat diidentifikasi sebagai perbuatan hasil belajaryang diakukan individu dalam konteksbelajar dari kehidupannya. Dengan demikian maka pengelolaan pembeljaranmemberikan perpaduan dari berbagai terhadap perubahan siswa dan memberikan rangsangan baim siswa dari dalam maupun dari luar individu misalnya; intelegensi, minat motifasi dan sebagainya
Jikan disimak pengelolaan pembelajaran di atas, maka media pembelajaran merupakan sebagai proses perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku dari perubahan tingkah laku sebagaimana dinyatakan dalam kutipan di bawah ini
Perunagahn tingkahlaku yang disebabkan belajar itu antara lain
1. Internasional
2. Positif dan aktif artinya bermanfaat serta merupakan hasil sendiri
3. Efektif dan fungsional, artinya berpengaruh mendorong timbulnya perubahan baru (Muhibbinsyah, 1995: 140)
dengan sifat yang unik pada setiap siswa lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apabila latar belakang guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan pengelolaan pembelajaran yaitu dengan kemampuannya.
1. Memberikan perangsang yang sama.
2. Mempersamakan pengalaman
3. Menimbulkan persepsi yang sama (Arif S. Sadiman, dkk. 1990.17-18).
Kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung. Kesulitan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia dan alasia perkembangan.
Sedangkan pengertian-pengertian belajar menurut para ahli psikologi pendidikan, bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dalam lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalaman sendiri dalam atraksi dalam lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2). Adapun pengertian dari kesulitan belajar adalah merupakan proses dalam salah satu atau lebih gangguan dalam jiwa baik secara intern maupun ekstern (Indiogi ataupun Eksogin).
Denagan demikian, kondisi dimana siswa juga dapat belajar sebagai mana mestinya, baik menerima maupun menyerap pelajaran. Inilah yang dinamakan “kesulitan belajar” atau dengan kata lain kesulitan belajar adalah suatu kejadian ataupun peristiwa yang menunjukkan bahwa dalam pencapaiannya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada sejumlah siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai secara tuntas bahan atau materi yang diberikan (Arikunto-Hasmini, 1997 :42).
5.2 Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Aktifitas belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah sebab semua aktifitas belajar yang dimaksud untuk mencapai keberhasilan proses belajar bagi setiap siswa yang sedang menjalani studi di sekolah tersebut. namun aktifitas belajar siswa terkadang mengalami kesulitan, baik yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang mungkin di akibatkan kondisi internal yang tidak kurang mendukung proses aktifitas belajar tersebut, bakat minat, motivasi, kesehatan mental, dan faktor-faktor internal lainnya maupun yang diakibatkan oleh adanya faktor eksternal seperti faktor orang tua, suasana rumah/keluarga, keadaan ekonomi keluarga, faktor sekolah, media masa dan lingkungan soaial dimanapun siswa berada. Akan tetapi, jika kesulitan yang dialami siwa tersebut disebabkan karena adanya kelemahan-kelemahan individual seperti intelegensi yang lelah, kurang penghargaan. Maka persoalan belajar yang dialami siswa tersebut mungkin berakibat kurang berserapnya daya tangkap belajar siswa terhadap pembelajaran tertentu, sehingga pada akhirnya tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam kenyataannya, siswa yang melakukan kegiatan belajar tidak selamanya lancar. Seringkali dialami berbagai kesulitan yang menghambat belajarnya. (Sukardi, 1999 : 66-63). Dalam bukunya profesionalisme guru, dalam pembelajaran diperbincangkan, secara panjang lebar menjelaskan mengenai berbagai kesulitan atau hambatan dapat diklasifikasi menjadi 2 (dua) faktor yaitu:
Faktor endogen dan faktor eksogen, masing-masing akan dirincikan sebagai berikut :
1. Faktor indogen adalah faktor yang datang dari diri pelajar atau siswa sendiri meliputi:
a. faktor biologi (faktor yang bersifat jasmanianak pelajar atau siswa, seperti cacat atau kesehatan).
b. Faktor psikologis adalah yang berhubungan dengan rohani, termasuk dalam faktor ini adalah intelejensi, perhatian, minat, bakat, emosi.
2. Faktor eksogen adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, meliputi:
a. Faktor lingkungan keluarga
b. Faktor lingkungan sekolah
c. Faktor lingkungan masyarakat

5.3 Pengaruh kurangnya media pembelajaran terhadap tingkat kesulitan.
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa penggunaan media pembelajaran juga sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang baik dan efektif. Media pembelajaran juga merupakan alat sebagai penyampaian pesan kepada siswa. Media pembelajaran merupakan alat sebagai pendorong.
Namun dalam hal ini penggunaan media pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dipengaruhi tingkat kesulitan blajar baik itu yang berasal dari diri maupun dalam diri siswa untuk mempergunakan media dengan semaksimal mungkin dngan keseriusannya.
Media pembelajaran itumerupakan sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan atau merupakan proses komunikasi dua arah, yang dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan yang ada pada guru dan siswa sebagai penentu utama keberhasilan pendidikan.

VI. Hipotesisi Penelitian
Dari arti katanya hipotesis berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu hipo yang artinya di bawah, sedangkan thesa atinya kebenaran. Jadi hipotesis adalah suatu kebenaran yantg masih perlu diuji kebenarannya (di bawah kebenaran) (Suharsimi Arikunto, 2006 : 71).
Senada dengan hal diaatas menurut Kartini Kartono mengartikan bahwa hipotesis adalah stelling, patokan, pendirian dalil yang dianggap benar, juga berarti onderstelling, persangkaan perdugaan yang dianggap benar untuk sementara waktu dan perlu dibuktikan kebenarannya (dalam Ahmad Usman, 2006 : 56).
Berdasarkan pendapat ditas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu kebenaran yang harus diuji kebenarannya melalui penelitian. Oleh karena itu yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh strategi pengelolaan pembelajaran guru pendidikan kewarganegaraan terhadap tingkat kesulitan belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Kota Bima tahun pelajaran 2009-2010

VII. METODE PENELITIAN
7.1 Metode Yang Digunakan
Sebagai suatu kegiatan yang bertujuan, maka terlebih dahulu harus ditentukan, metode penelitian yang akan ditentukan dalam menyelesaikan masalah ini, dimana metode penelitian yang akan ditetapkan untuk mengkaji masalah ini adalah metode deksriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan tentang sesuatu variabel secara apa adanya mulai dari pengumpulan data, penafsiran dan penampilan hasilnya menggunakan angka (Suharsimi Arikunto, 2006 : 239).
Penelitian diskriptif kuantitatif adalah masalah yang akan diteliti yaitu masalah dalam bentuk angka-angka (Ahmad Usman, 2006 : 104).
Selanjutnya menurut Abu Ahmadi (1991 : 21), mendefinisikan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasi.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskriptif kuantitatif yang penulis maksudkan adalah suatu metode yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada sekarang dengan cara mengumpulkan data-data yang berupa angka-angka tentang korelasi antara teknologi pengajaran terhadap prestasi belajar siswa.



7.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam penentuan lapangan/lokasi penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif yaitu pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berda di lapangan (Leoxy J Moleong, 2000 : 86).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah di SMAN 2 Kota Bima dengan keadaan siswa sebagai berikut :
TABEL I : Keadaan Siswa SMA Negeri 2 Kota Bima.
No. Kelas Bagian Keadaan Siswa Jumlah
L P
1. Kelas II 1 18 22 40
2. Kelas II 2 21 19 40
3 Kelas II 3 20 20 40
4. Kelas II 4 17 23 40
5. Kelas II 5 20 20 40
Jumlah 200
Sumber Data : SMAN 2 Kota Bima.

7.3 Metode Penentuan Subjek Penelitian.
7.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dab subyek yang mempunyai kualitas dan kareteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2006 : 117). Selanjut popoulasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006 : 130).
Dari pendapat di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek/subyek tertentu yang ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan atau total siswa yang ada dikelas VIII SMAN 2 Kota Bima yang berjumlah 200 orang yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah siswa pada masing-masing kelas rata-rata 40 orang siswa.
TABEL II : Jumlah Populai Penelitian
No. Kelas Bagian Keadaan Siswa Jumlah
L P
1. Kelas II 1 18 22 40
2. Kelas II 2 21 19 40
3 Kelas II3 20 20 40
4. Kelas II 4 17 23 40
5. Kelas II 5 20 20 40
Jumlah 200 200
Sumber Data : SMAN 2 Kota Bima.

7.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006: 118). Disamping itu pula Suharsimi Arikunto mengatakan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006 : 131).
Berdasarkan kedua pendapat di atas yang dimaksud dengan sampel adalah wakil dari populasi yang ada, sehingga dalam penelitian ini sampel penulis akan berpatokan pada pendapat berikut ini. Dalam penelitian ini sampel akan diambil 15% dari 200 orang siswa yaitu 30 hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto bahwa “Apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua selanjutnya bila jumlah subyeknya lebih dari 100 dilakukan secara prosentase yaitu sekitar 10% sampai 15% atau 20-25% (2006 : 134). Jadi untuk mendapatkan jumlah sampel tersebut, maka peneliti akan melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik random sampling dengan cara undian.
Telnik random sampling adalah teknik pengmabilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi).
TABEL III: Jumlah Sampel Penelitian.
No. Kelas Bagian Keadaan Siswa Jumlah
L P
1. Kelas II 1 3 3 6
2. Kelas II 2 3 3 6
3 Kelas II 3 3 3 6
4. Kelas II 4 3 3 6
5. Kelas II 5 3 3 6
Jumlah 30
Sumber data: Data diolah.



7.4 Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian ini, sebab itulah yang akan diolah sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi dan angket yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
5.4.1 Metode Angket
Angket adalah suatu daftar yang berisikan daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti (cholid Narbuko, dan Abu Ahmadi, 2005 : 76). Ahli lain mengatakan bahwa angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis, kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006 : 199).
Berangkat dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa angket adalah suatu metode pengumpulan data yang berisikan pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh sejumlah orang yang menjadi obyek penelitian.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang astrategi pengelolaan pembelajaran.
5.4.2 Metode Dokumentasi
Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data-data, catatan-catatan terulis atau dokumentasi lembaga yang ada (sekolah) hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh W. Gulo Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu (2002 : 123).
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lenger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 231).
Dokumentasi dapat diartikan sebagai barang tertulis, dari pendapat di atas diambil suatu pengertian bahwa dokumentasi ialah metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mentransfer data yang telah tersedia dalam dokumen kedalam daftar isi yang telah disediakan. Dengan memahami pengertian ini, maka metode dokumetasi akan dipergunakan untuk memperoleh data tentang tingkat kesulitan belajar siswa.

7.5 Jenis dan Sumber Data
7.5.1 Jenis data
Sebagai mana diketahui bahwa jenis data itu hanya dikelompokan menjadi dua kategori, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkatkan. (Ahmad Usman, 2006 : 104).

Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi jenis data dalam penelitian ini data kuantitatif dalam penelitian ini adalah mengenai perhitungan angka-angka atau skor berupa hasil angket dan dokumen. Data kuantitatif dapat dibagi menjadi beberapa skala yaitu :
a. Skala nomimal yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya hanya sekedar label atau kode saja.
b. Skala Ordinal yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya menyatakan tingkat dengan jarak atau rentang yang tidak harus sama.
c. Skala Interval yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya juga menyatakan tingkat dengan jarak atau rentang yang harus sama, namnun tidak terdapat titik nol absolut
d. Skala Rasio yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya menghimpun semua sifat dari ketiga skala lainnya dan dilengkapi titik nol absolut dengan makna empiris (M. Iqbal Hasan, 2002 : 70).

Berdasarkan pendapat di atas maka skala yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah skala interval.

7.5.2 Sumber data
Demikian pula halnya dengan jenis data, maka sumber data dapat diklasifikasikan dua bagian, yaitu sumber datar primer dan sumber data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data atau data yang dikumpulkan sendiri oleh perseorangan atau suatu organisasi langsunng melalui obyeknya
2. Data sekunder
Data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2006 : 308-309).

Jadi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang diperoleh melalui siswa berupa hasil angket selama penelitian berlangsung. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh lewat buku raport berupa angka atau nilai hasil ulangan semester.



7.6 Identifikasi Dan Devinisi Operasional Variabel
7.6.1 Identifikasi variabel
Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, (2005 : 119) variabel itu diidentifikasi menjadi dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat,
1. Variabel bebas adalah kondisi-kondisi atau karateristik-karateristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi.
2. Variabel terikat yaitu kondisi atau karateristik yang berusaha atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubahan atau mengganti variabel bebas. Menurut fungsi variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karena juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel terpengaruhi (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005 : 119).

Selanjutnya menurut Sugiyono, (2006 :61) bahwa variable dapat di kelompokkan pula menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
a. Variabel bebas (independen) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
b. Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Dengan demikian yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknologi pembelajaran.

7.6.2 Definisi operasional variabel
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran penelitian ini, maka variabel yang dipergunakan dipandang perlu untuk didefinisikan secara operasional.
5.6.2.1 Pengelolaan pembelajaran adalah bentuk-bentuk komunikasi yang baik (plening)-( organizing)-(pengarah)-(acktualing)(kontroling/pengawasan).
7.6.2.2 Kesulitan belajar adalah hasil yang tidak dicap[ai oleh seseorang dalam hal belajar yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk gangguan fisik atau psikis baik dari indogen atau exsogen pada anak itu sendiri.

7.7 Metode Analisis Data
Untuk dapat menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, maka teknik analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode statistika dengan rumus teknik korelasi produk moment sebagai berikut :
NΣxy-(∑x)(∑y)
rxy = √ {NΣx2 – (Σx)2}{NΣy2 – (Σy) 2 }

Keterangan :
r = Koefisien korelasi
xy = Jumlah skor x dan y
Σx = Jumlah skor dalam Variabel x
Σy = Jumlah skor dalam Variabel y
Σxy = Jumlah hasil kali skor x dengan skor yyang berpasangan
Σx = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel x
Σy = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel y
N = Banyak subyek skor x dan y yang berpasangan
Pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikasi 5% tabel nilai “Product Moment” dengan kriteria sebagai bentuk :
Bila r hitung .> r tabel maka ha diterima.
Bila r hitung .< r tabel maka ho ditolak. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 256).


































DAFTAR PUSTAKA



Abu Ahmadi dkk, 2005. Metodologi Penelitian. Bumi aksara. Jakarta.

Ahmad Sudrajad, 1991. Pengelolaan Pembelajaran. PT Grasindo. Jakarta

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek,Edisi Revisi, Jakarta: Renika Cipta.

Abdurrahman Fathoni. 2005. Metodologi Penelitian dan tekhnik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta Karya. Jakarta

Bohar Suharto, 2003. Pendekatan dan Tekhnik dalam Proses Belajar Mengajar. PT Tarsito Bandung

Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Guru dan Anak Murid Dan Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakaria

Dimiyati, dkk, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta.

Djamarah, 2003. Kesulitan Belajar. PT Rosdakarya. Jakarta

Djam’an Satori, dkk, 2002. Profesi Keguruan. Universitas Terbuka. Jakarta

Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, 1997, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta.

E. Mulyasa, 2005. Kurikulum Yang Disempurnakan. PT Rineka Cipta Karya. Jakarta

E. Mulyasa, 2004. Guru Profesional Dalam Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. PT Rineka Cipta Karya. Jakarta

Jalaluddin, 2001. Teknologi Pendidikan. PT Rajagrafindo. Jakarta

Karti Suharto, dkk, 2003. Teknolohi Pembelajaran. Surabaya Intelectual Club. Jakarta
Muhtar, dkk, 2001. Teori dan Penerapannya Dalam Pembelajaran (Pengajaran Remedial). PT Nimas Multima

Muhibbinsyah, 1995. Psikologi Belajar. Rajawali Pers. Jakarta

Nurkencana Wayan, 1998. Evaluasi Pendidikan, Pen.Rineka Cipta: Bandung.
Ngalim Purwanto, 1999 Evaluasi Hasil Belajar. Rineka Cipta: Bandung
Sardiman, 1996. Interaksi Belajar Mengajar, Rajawali Press: Jakarta.
Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.
Sudjana Nana. 1986. Psikologi Pendidikan. Usaha Nasional. Jakarta
Surya Muhammad, 2000. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Usaha Nasional surabaya

Trisno Hadi Subroto, 2003. Pembelajaran Terpadu. Universitas Terbuka
Winarno Surachmad, 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Dasar Tekhnik dan Metode Mengajar. Bandung Tarsito.

Jumat, 28 Mei 2010

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SDN 40 KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV
SDN 40 KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2008/2009


I. Latar Belakang Masalah
Ada beberapa permasalahan di Indonesia yang sampai saat ini belum terselesaikan secara tuntas. antara lain: masalah pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, efisiensi pendidikan dan masalah relevansi pendidikan. Memang kita perlu akui bahwa secara umum manusia Indonesia kurang dapat menggunakan kemampuan dan bakat yang dimilikinya. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan dan betapa pentingnya mengoptimalkan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan. Berbicara mengenai mutu pendidikan, sangat erat hubungannya dengan bagaimana proses belajar mengajar berlangsung. Dan bagaimana output pendidikan tersebut bisa berkiprah.
Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional,bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. (Sugiono, 2006. 42).

Ahli lain menyatakan pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan dan dicita-citakan baik secara efektif maupun secara efisien.(Hasbullah, 2005: 4).
Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab dalam ramgka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang mempumyai peranan sangat penting. Guru merupakan faktor dominan dalam proses pembelajaran di sekolah, namun kenyataan yang terjadi dalam kurun waktu akhir-akhir ini memperlihatkan kecendrungan kekurangan guru baik di lihat dari aspek kualitas maupun kuantitas.
Pendidikan merupakan hasil atau pretasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha-usaha lembaga tersebut, dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif maupun secara efisien. Oleh sebab itu tugas pendidikan sekolah yang utama sekarang adalah menanamkan motivasi yang kuat dari anak untuk belajar terus menerus sepanjang hidupnya, memberikan ketrampilan pada peserta didik untuk secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik. Semua itu perlu dikondisikan agar peserta didik termotivasi, karena bagaimanapun juga motivasi merupakan faktor yang sangat menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar.
Secara kodrati manusia telah di anugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk memiliki kecendrungan baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Namun semua perangkat tersabut hanya akan menjadi kecendrungan belaka manakala tidak didukung oleh adanya wahana yang menjebatani dalam memotivasi peserta didik. Oleh karena itu, guru merupakan elemen penting dalam sistem pendidikan.
Menyadari arti dan nilai strategisnya dunia pendidikan ini, maka tidak ada satu bangsapun di dunia ini yang dapat melepaskan diri dari pendidikan bahkan merupakan suatu keharusan untuk menuju pada era yang berdimensi kemajuan.
Keberadaan motivasi pada setiap manusia dimanapun ia berada akan selalu berubah-ubah menurut situasi dan kondisi, sedangkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam masalah pembelajaran, motivasi tetap memiliki arti penting dan memiliki arti strategis untuk mencapai tujuan pembelajaran baik yang dilakukan guru dalam proses pengajaran maupun yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajarnya. Dengan kata lain motivasi ini dapat dilakukan guru untuk lebih mengefektifkan dalam proses pengajarannya dan dapat pula dimiliki oleh siswa untuk mempercepat proses pencapaian hasil belajar yang dilakukan di luar maupun di dalam kelas.
Dalam jalur pendidikan formal sangat diperlukan keseriusan dalam belajar untuk memperoleh ilmu yang maksimal. Tetapi yang sering dilupakan adalah seberapa penting kebutuhan belajar dalam upaya meningkatkan mutu hasil pendidikan. Mayoritas para siswa lebih mengandalkan pada tingkat kecerdasannya atau yang disebut dengan IQ dalam mencapai prestasi/hasil belajarnya.
Ada beberapa fenomena yang menarik bagi penulis untuk di teliti. Di dalam suatu komunitas pendidikan, penulis melihat ada siswa yang aktif dalam berpikir dan mempunyai kecerdasan di atas rata-rata tetapi sayangnya hal itu tidak dia imbangi dengan kegiatan belajar yang memadai dan terlihat menyepelekan belajar. Akhirnya prestasi akademiknya dikalahkan oleh siswa lainnya yang nota bene mempunyai tingkat kecerdasan sedang tetapi mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
Yang kedua, penulis mempunyai teman yang pada waktu di jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama tidak begitu terlihat prestasinya bahkan terkesan berada di ranking bawah. Tetapi satu tahun kemudian dia menjadi siswa yang nilai evaluasi akhirnya paling tinggi. Ketika penulis menanyakan tentang penyebab perubahan itu dia menjawab bahwa dia bisa meningkatkan prestasinya karena dia merubah pola belajarnya.
Dari peristiwa itu penulis berpikir betapa sangat berpengaruhnya faktor kebiasaan belajar terhadap prestasi seseorang. Waupun hal itu belum diuji kebenarannya namun secara teoritis kebiasaan belajar memegang peranan penting dalam hubungannya dengan hasil belajar.
Dari peristiwa dan teori tersebut diatas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar yang nantinya diharapkan penelitian ini dapat membuktikan kebenaran dari sebuah teori dan fenomena yang ada. Adapun redaksi judul penelitian ini adalah “Pengaruh kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota Bima tahun pelajaran 2008/2009”.

II. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang tercermin di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam kegiatan penelitian ini “Apakah ada Pengaruh kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota Bima tahun pelajaran 2008/2009”.

III. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan konteks permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Ingin mengetahui bagaimana Pengaruh kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota Bima tahun pelajaran 2008/2009”.

Manfaat Penelitian
3.2.1 Secara Teoritis
Mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu lembaga pendidikan untuk lebih maju dan berkreatifitas serta dapat memberikan sumbangan bagi civitas akademika perguruan tinggi lebih efektif dalam memimpin mahasiswa dan mahasiswinya untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.
3.2.2 Secara Praktis
3.2.2.1 Bagi Sekolah
a. Sebagai masukan kepada kepala sekolah untuk bahan pengembangan program pembelajaran pada tahap berikutnya
b. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi ilmiah kepada instansi yang berwenang tentang kurikulum yang berlaku terutama dalam proses pembelajaran.
3.2.2.2 Bagi Guru
a. Sebagai masukan guru dalam menindak lanjuti tentang pengaruh kebiasaan belajar dalam meningkatkan prestasi belajar kepada siswa
b. Hasil penelitian ini dapat membantu tugas guru kelas di sekolah untuk mengidentifikasikan lebih lanjut tentang cara-cara belajar siswa dalam pemanfaatan prinsip-prinsip belajar

3.2.2.3 Bagi Siswa
a. Melalui penelitian ini diharapkan akan terungkap sisi positif dalam kebiasaan belajar siswa sehingga dapat dimaksimalkan bagi upaya peningkatan prestasi belajar siswa
b. Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan motivasi kepada siswa dalam meningkatkan kebiasaan belajar siswa dalam meraih prestasi belajar siswa.

IV. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar ini merupakan suatu gambaran sangkaan, perkiraan, satu pendapat atau kesimpulan sementara, atau suatu teori sementara yang belum dibuktikan.
Menurut pendapat Winarno Surakhman sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, bahwa asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikran yang kebenarannya diterima oleh Penyelidik (Suharsimi, 2006 : 65).
Dengan demikian, keputusan tentang masalah merupakan suatu asumsi bagi seorang peneliti sebelum dikukuhkan dengan hasil penelitian. Dilain pihak asumsi juga diartikan sebagai “penyataan yang diterima tanpa harus dibuktikan kebenarannya oleh peneliti (Noeng Muhadjir, 1981 : 13). Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat dikatakan bahwa asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang kebenaran suatu fakta yang tidak perlu dibuktikan lagi.
Sebagai asumsi, maka setiap pernyataan dalam memandang masalah penelitian dapat dikatakan sebagai permulaan untuk melihat hakekat masalah yang bersangkutan oleh peneliti itu sendiri tanpa adanya konsekuensi untuk diuji kebenarannya oleh peneliti. Namun demikian harus dapat diterima sebagai suatu kebenaran dalam pandangan/keyakinan peneliti itu sendiri.
Berangkat dari pengertian asumsi di atas, maka asumsi yang dikemukakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. kebiasaan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu dipengruhi oleh minat dan motivasi.
2. Siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota Bima prestasinya berbeda-beda

V. Tinjauan Pustaka
5.1 Belajar
5.1.1 Pengertian belajar
Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalah”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Skinner dalam Dimyati (2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
5.1.2 Aspek-Aspek Dalam Belajar
Aspek-aspek yang diteliti dalam cara belajar menurut Thabarany (1994: 43) adalah:
(1) Persiapan belajar Siswa
Pada hakekatnya setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus dipersiapkan terlebih dahulu.Dengan persiapan sebaik-baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabrany (1994:49) adalah:
a. Persiapan mental
Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-benar sudah siap. Menurut Gie (1987:58) “persiapan mental merupakan upaya menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah:
1. Memahami arti/ tujuan belajar
2. Kepercayaan pada diri sendiri
3. Keuletan
4. Minat terhadap pelajaran
b. Persiapan sarana
Thabrany (1994: 48) mengemukakan”sarana yang dibutuhkan dalam belajar yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar”
1. Ruang Belajar
Menurut Thabrany (1994: 48) “ Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang”. Persyaratan yang diperlukan untuk ruang belajar adalah: bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang memadai.



2. Perlengkapan belajar
Thabrany (1994:53) menjelaskan “ perlengkapan belajar yang perlu disiapkan dalam belajar adalah:
a. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku
b. Buku pelajaran
c. Buku catatan
d. Alat-alat tulis
(2) Cara mengikuti pelajaran
Langkah-langkah dalam mengikuti pelajaran yang perlu dilakukan adalah melakukan persiapan-persiapan dengan mempelajari materi-materi yang akan dibahas dan meninjau kembali materi sebelumnya, bersikap afektif selama kegiatan belajar sampai KBM berakhir. Menurut Hamalik (1983:50) langkah-langkah/cara mengikuti pelajaran yang baik adalah:
a. Persiapan, yang harus dilakukan adalah mempelajari bahan pelajaran yang sebelumnya diajarkan, mempelajari bahan yang akan dibahas dan merumuskan pertanyaan tentang materi/ bahan pelajaran yang belum dipahami.
b. Aktivitas selama mengikuti pelajaran, hal yang perlu diperhatikan selama mengikuti pelajaran antara lain kehadiran, konsentrasi, catatan pelajaran, dan partisipasi terhadap belajar.
c. Memantapkan hasil belajar, Suryabrata (1989:37) mengemukakan bahwa “untuk memantapkan hasil belajar maka harus membaca kembali catatan pelajaran”
(3) Aktivitas belajar mandiri
Bentuk aktivitas belajar mandiri yang dilakukan siswa dapat berupa kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegitan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegiatan belajar yang dilakukan secara berkelompok.
1. Aktivitas belajar sendiri
Yang dapat dilakukan berupa, membaca bahan-bahan pelajaran dari berbagai sumber informasi selain buku-buku pelajaran, membuat ringkasan bahn-bahan pelajaran yang telah dipelajari, menghafalkan bahan-bahan pelajaran, mengerjakan latihan soal dan lain sebagainya.
2. Aktivitas belajar kelompok
Adapun yang dapat dilakukan dalam belajar antara lain, mendiskusiakn bahan-bahan pelajaran yang belum dimengerti, membahas penyelesaian soal-soal yang sulit dan saling bertanya jawab untuk memperdalam penguasaan bahan-bahan pelajaran (Thabrany 1994:58)
(4) Pola belajar Siswa
Pola belajar adalah cara siswa melaksanakan suatu kegiatan belajar yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya Pola belajar siswa menunjukkan apakah siswa membuat perencanaan belajar, bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya (Suryabrata 1989:40)

5.2 Kebiasaan belajar Siswa
5.2.1 Pengertian Kebiasaan belajar Siswa
Menurut Sumadi bahwa kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran. Misalnya orang yang biasa belajar di waktu subuh, akan melakukannya setiap hari tanpa begitu memerlukan pemikiran dan konsentrasi yang penuh (dalam Muhyono, 2001: 12).
Selanjutnta menurut Kholifah (2003: 11), bahwa kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditunjukan secara ajeg dari waktu-kewaktu dengan cara yang sama.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah suatu perilaku yang ditunjukan oleh siswa yang dilakukan secara berulang-ulang dari waktu kewaktu secara otomatis.
Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses belajar.
Tentu saja kebiasaan belajar adakalanya merupakan kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang buruk kebiasaan belajar yang baik akan membantu peserta didik untuk menguasi pelajarannya, menguasai materi dan meraih sukses dalam sekolah. Sedangkan kebiasaan belajar yang buruk akan mempersulit peserta didik untuk memahami pelajarannya dan menghambat kemajuan studi serta menghambat kesuksesan studi di sekolah.

5.2.2 Kegunaan Kebiasaan Belajar
Menurut Sumadi cara membentuk kebiasaan belajar antara lain sebagai berikut:
a. Kebiasaan dapat menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran. Hal ini karena suatu kebiasaan mempunyai sifat spontan yang tidak memerlukan banyak kesengajaan.
b. Meningkatkan efisiensi manusia. Dengan kebiasaan belajar yang baik maka sebagian energi yang diperlukan untuk belajar dapat dipergunakan untuk aktivitas yang lain.
c. Membuat seseorang lebih cermat. Contohnya seorang pelajar yang terbiasa membuka kamus akan semakin cermat dalam mencari kata-kata karena sudah terbiasa.
d. Hasil belajar akan lebih maksimal. Dengan kecrmatan yang tinggi dan usaha belajar yang teratur dan ringan akan meningkatkan hasil belajar.
e. Menjadikan seseorang menjadi lebih konsisten dalam kegiatannya sehari-hari (dalam Muhyono, 2001: 12).


5.2.3 Cara Membentuk Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar yang baik dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan mempedomani asas-asas sebagai berikut:
a. Melakukan semua kegiatan belajar di tempat yang sama, dalam kamar sendiri kalau mungkin.
b. Tidak melakukan usaha belajar pada kamar yang dipergunakan untuk rekreasi.
c. Jangan bersaing dengan pengganggu-pengganggu perhatian.
d. Lakukan belajar terhadap suatu mata pelajaran atau bahan ajaran pada waktu yang sama setiap hari.
e. Jangan belajar dalam posisi yang terlalu santai.
f. Berbuat sesuatu ketika melakukan belajar.
g. Pergunakan waktu yang cukup untuk belajar.
h. Segeralah mulai belajar setelah duduk menghadapi meja belajar.
i. Jangan terlampau banyak aktivitas di luar pelajaran.
j. Buat contoh-contoh guna memeriksa pemahaman bahan ajaran.
k. Carilah kegunaan praktis dari pengetahuan yang diperoleh, terlebih pengetahuan yang baru
l. Pada awal setiap mata pelajaran, usahakan memperoleh gambaran menyeluruh mengenai isinya.
m. Curahkan perhatian penuh sehingga ada keinginan untuk mencapai sesuatu, dan selalu ingin belajar.
n. Latihlah kebiasaan untuk belajar tuntas.
Perhatikan secara teliti kata-kata baru atau kata-kata asing.
Kholifah (2003: 11)

Yang perlu diingat, untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik tergantung pada minat dan bakat peserta didik. Minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi belajar atau cita-cita yang diharapkan. Belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.
Di samping minat, ada kemampuan kognitif yang lain yaitu bakat. Boleh mengatakan bahwa bakat sama dengan intelegensi. Intelegensi itu penting untuk penguasaan ilmu pengetahuan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menggali bakat siswa adalah dengan memberi rangsangan. Penggalian ini dapat dilakukan melalui metode, strategi, atau pendekatan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing, pendekatan ini merupakan sarana siswa aktif dan kreatif sehingga memiliki kemandirian, inisiatif, dan kerja sama antarsiswa.

5.3 Prestasi Belajar Siswa
5.3.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, di bawah ini diuraikan tentang pengertian prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni, Prestasi dan Belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar dibicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama untuk memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dibuat, dikerjakan, dijadikan dan sebagainya) oleh usaha. (Depdiknas, 2002 : 392).
Kemudian Nana Sudjana berpendapat dengan memberikan batasan bahwa hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum (Nana Sudjana, 1989 : 22).
Yang dimaksudkan dengan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari, hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan demikian, belajar dikatakan berhasil apabila telah terjadi perubahan dalam diri individu, sebaliknya bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Dalam pengertian belajar sebagaimana yang dikemukan di atas, dapat dipahami bahwa hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang akan mempengaruhi pola pikir dalam berbuat dan bertindak. Perubahan itu sebagai hasil pengalaman individu dalam belajar. Hasil belajar sebagai perwujudan dari keaktifan belajar, maka di samping adanya faktor-faktor yang mempengaruhi juga harus ditunjang dengan cara-cara belajar yang memuaskan.



5.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, secara umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri pribadi), dan faktor eksternal (faktor yang timbul dari luar diri pribadi).
Kedua faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam belajar, hal ini sejalan dengan pendapat yang menjelaskan bahwa : “Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : Faktor dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungannya” (Nana Sudjana, 1989 : 39).
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kedua faktor itu, maka penulis akan uraikan di bawah ini.
1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa)
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi 2 aspek yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
a. Aspek Fisiologis.
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi pelajaran yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih asensial itu adalah sebagai berikut :1. Tingkat kecerdasan/intelegensi. 2. Bakat siswa. 3. Minat siswa. 4. Motivasi siswa.
2. Faktor ekstrnal (faktor dari luar diri siswa)
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat (lingkungan).
a. Faktor keluarga.
Faktor keluarga sebagai salah satu faktor ekstrnal yang mempengaruhi prestasi seseorang dibagi menjadi beberapa aspek yaitu
1. Faktor orang tua.
Yang termasuk faktor orang tua adalah cara orang tua mendidik anak, sering cekcok dan lain-lain. Untuk itu peranan orang tua dalam mendidik anak dengan penuh kearifan dan bijak sana sangat dituntut. Hal ini dimaksudkan agar orang tua betul-betul dapat berperan sebagai suri tauladan bagi anak-anaknya.
2. Faktor suasana keluarga
Hal ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorang sebab suasana rumah yang senantiasa tegang, sering cekcok dan lain sebagainya akan dapat mengganggu cara belajar seseorang. Dalam kondisi seperti ini, orang tua dituntut untuk menjaga suasana rumah tangga agar tetap nyaman, tentram dan damai. Hal ini penting dilakukan orang tua (keluarga di rumah), demi aman dan nyamannya siswa belajar, dan pada akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.
3. Keadaan ekonomi keluarga.
Kalau dalam ekonomi keluarga kurang, berarti perlengkapan keluarga kurang terpenuhi dan tempat belajarpun tidak memadai atau bahkan tidak ada akibatnya anak tidak dapat belajar dengan baik, sebaliknya, anak yang ekonomi keluarganya mapan, bahkan kaya biasanya anak tersebut manja, sehingga ia belajar bersenang-senang dan kurang memusatkan perhatian pada belajar, sehingga prestasi belajarnyapun akan rendah.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi proses belajar siswa yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran, metode pengajaran. (Saiful Bahri Djamarah, 1994 : 64).
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstrnal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa, pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat.
Kaitannya dengan faktor masyarakat, maka ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti dikemukakan dalam pendapat berikut:
1. Mas media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, bioskop, komik dan lain-lain. Mas media yang baik akan berpengaruh terhadap belajar siswa, sebaliknya mas media yang jelek akan berpengaruh jelek pula terhadap hasil belejar siswa.
2. Teman bergaul, hal ini pun tidak kalah pentingnya dalam memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
3. Aktivitas dalam masyarakat, seorang siswa yang terlalu banyak berkecimpung dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, sehingga tugas pokoknya belajar terabaikan akan berdampak kurang baik terhadap prestasi belajar siswa yang bersangkutan.
4. Corak kehidupan tetangga, maksudnya adalah jika siswa bertetangga dengan orang yang tidak baik, seperti penjudi, pemabuk, pencuri, maka minimal akan berpengaruh terhadap ketenangan jiwa siswa tersebut, sehingga akhirnya akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar siswa itu sendiri. (Saiful Bahri Djamarah, 1994 : 70)

Mencermati pernyataan tersebut di atas, ternyata lingkungan tempat tinggal siswa memberikan andil yang besar dalam membentuk kepribadian siswa yang dalam hal ini adalah masyarakat sekitarnya. Karena itu bagi seorang siswa hendaknya dapat memberikan motivasi sebagai tempat saling isi mengisi pengetahuan dengan jalan diskusi.

5.4 Mata Pelajaran PKn
5.4.1 Definisi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarnegaraan (PKn)
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah merupakan mata pelajaran yang menfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan ialah mempunyai fungsi sebagai wahana untuk membntuk warga Negara yang cerdas, terampil dan berkaraktr setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Arnie Fajar, 2006 : 142).
Berdasarkan fungsi tersebut, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus dinamis dan harus mampu menarik perhatian peserta didik dalam mengembangkan pemahaman, baik materi maupun keterampilan intelektual dan kurikuler serta intra kurikuler.

5.4.2 Tujuan Pendidikan Kewaganegaraan (PKn)
Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan Pedidikan Kewrganegaraan adalah dirumuskan dalam visi dan misi sebagai berikut.
Visi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn); merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggeraan program studi guna mengantarkan siswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini didasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa siswa adalah generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.
Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn); merupakan untuk membantu siswa memantapkan kepribandiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan dasar tanggung jawab dan bermoral (Kaelan, 2007 : 2).



5.4.3 Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), memiliki ciri khas yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan karakteristik kewarga negaraan. Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi siswa untuk meningkatkan mencerdaskan multidimensional yang memadai untuk menjadi warga negara yang baik.
Isi pengetahuan (body of knawledge) dari mata pelajaran ini diorganisasikan secara interdisipliner dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti ilmu hukum, politik, tatanegara, psikologi, dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal dari nilai-nilai kemasyarakatan, nilai-nilai penghubungan antara warga Negara dengan warga Negara, warga Negara dengan pemerintah negara, serta warga negara dengan warga negara dunia (Arnie fajar, 2004 : 143).


VI. Hipotesis
Hipotesisi adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terburkti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1992: 62). Karena merupakan jawaban sementara sifatnya, maka perlu diuji kebenarannya. Selanjutnya menurut pendapat Sugiyono (2006 : 96), mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Berdasarkan uraian kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu anggapan sementara yang kebenarannya perlu dibuktikan lagi dalam suatu penelitian. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini apakah ada Pengaruh kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota Bima tahun pelajaran 2008/2009.


VII. Metode Penelitian
7.1 Metode Yang Digunakan
Sebagai suatu kegiatan yang bertujuan, maka terlebih dahulu harus ditentukan, metode penelitian yang akan ditentukan dalam menyelesaikan masalah ini, dimana metode penelitian yang akan ditetapkan untuk mengkaji masalah ini adalah metode Deksriptif Kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan tentang sesuatu variabel secara apa adanya mulai dari pengumpulan data, penafsiran dan penampilan hasilnya menggunakan angka (Suharsimi Arikunto, 2006 : 239).
Penelitian kuantitatif digunakan karena peneliti ingin mendapatkan data berupa angka, yaitu nilai atau hasil belajar (nilai raport) siswa pada mata pelajaran PKn. Penellitian kuantitatif digunakan untuk melakukan analisis data antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). karena data penelitian ini berupa data kuantitatif (berupa angka) aka digunakan analisis dengan rumus korelasi Produc Moment untuk mencari hubungan variabel X dan variabel Y.

7.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam penentuan lapangan/lokasi penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif yaitu pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berda di lapangan (Leoxy J Moleong, 2000 : 86).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah di SD Negeri 40 Kota Bima dengan keadaan siswa sebagai berikut:

TABEL I : KEADAAN SISWA SD NEGERI 40 KOTA BIMA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009

No. Kelas Bagian Keadaan Siswa Jumlah
L P
1. Kelas I 21 17 38
2. Kelas II 20 20 40
3. Kelas III 18 20 38
4. Kelas IV 20 20 40
5. Kelas V 20 20 40
6. Kelas VI 20 20 40
Jumlah 236
Sumber Data : SD Negeri 40 Kota Bima


7.3 Metode Penentuan Subjek Penelitian.
Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat penelitian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui(W. Gulo, 2002:78). Pendapat lain mengatakan populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 117).
Penelitian ini tidak menggunakan sampel penelitian karena berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi” (2006 : 134).
Sehubungan dengan pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah siswa kelas V SD Negeri 67 Kota Bima yang berjumlah 40 orang.

7.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2006 : 193). Jadi cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
7.4.1 Obervasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melaui pengamatan yang disertai pencatatan suatu keadaan terhadap objek sasaran (Abdurrahman Fathoni, 2006 : 104).
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis/ pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2006 : 203).
Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan ingatan serta disertai dengan pencatatan-pencatatan.
7.4.2 Wawancara
Interviuw yang juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviuwer) (Suharsimi Arikunto, 1993 : 126
Menurut kartini kartono, bahwa interviuw atau wawancara itu adalah suatu percakapan, tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah-masalah tertentu. (Ahmad Usman, 2006 : 114).

Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab secara lisan yang berlangsung searah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang melakukan wawancara dan jawaban datang dari pihak yang diwawancarai (Abdurrahman Fathoni, 2006 : 105).

Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah tekhnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab dengan nara sumber dengan menggunakan pedoman wawancara secara lengkap maupun tidak disertai dengan pedoman yang telah disusun secara sistematis.
7.4.3 Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan, literatur-literatur yang relevansi dengan tujuan penelitian (Abdurrahman Fathoni, 2006 : 112).
Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006 : 231).
Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa studi dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan atau buku-buku yang relevansi dengan tujuan peneliti.
7.4.4 Angket
Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, 2005 : 76). Ahli lain mengatakan bahwa angket adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis, kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006 : 199).
Berangkat dai mendapat di atas metode angket adalah suatu metode yang diberikan kepada responden untuk dijawab berupa pertanyan atau penyataan yang disusun sedemikian rupa oleh peneliti.
Metode ini digunakan untuk mengetahui data tentang Pengaruh kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 67 Kota Bima tahun pelajaran 2008/2009.
Angket disusun sebanyak 10 item pertanyaan terdiri dari 3 opsion jawaban yaitu a, b dan c dengan skor :
A. Opsion A diberi skor 3
B. Opsion B diberi skor 2
C. Opsion C diberi skor 1

7.4 Jenis dan Sumber Data
7.5.1. Jenis Data
Sebagai mana diketahui bahwa jenis data itu hanya dikelompokan menjadi dua kategori, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkatkan. (Ahmad Usman, 2006 : 104).

Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi jenis data dalam penelitian ini data kuantitatif dalam penelitian ini adalah mengenai perhitungan angka-angka atau skor berupa hasil angket dan dokumen. Data kuantitatif dapat dibagi menjadi beberapa skala yaitu :
a. Skala nomimal yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya hanya sekedar label atau kode saja.
b. Skala Ordinal yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya menyatakan tingkat dengan jarak atau rentang yang tidak harus sama.
c. Skala Interval yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya juga menyatakan tingkat dengan jarak atau rentang yang harus sama, namnun tidak terdapat titik nol absolut
d. Skala Rasio yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya menghimpun semua sifat dari ketiga skala lainnya dan dilengkapi titik nol absolut dengan makna empiris (M. Iqbal Hasan, 2002 : 70).

Berdasarkan pendapat di atas maka skala yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah skala interval.

7.5.2. Sumber Data
7.5.2.1. Data Primer
Demikian pula halnya dengan jenis data, maka sumber data dapat diklasifikasikan dua bagian, yaitu sumber datar primer dan sumber data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data atau data yang dikumpulkan sendiri oleh perseorangan atau suatu organisasi langsunng melalui obyeknya
2. Data sekunder
Data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2006 : 308-309).

Jadi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang diperoleh melalui siswa berupa hasil angket selama penelitian berlangsung. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh lewat buku raport berupa angka atau nilai hasil ulangan semester.

7.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
7.6.1. Identifikasi Variabel Penelitian
Dari judul penelitian diatas oleh peneliti memiliki 2 (dua) variabel yatu penggunaan metode diskusi sebagai variabel bebasnya dan prestasi beloajar adalah variabel terikatnya (Suharsimi Arikunto, 2006 : 104).
7.6.1.1 Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel terpengaruh (terikat) (Choli Narbuku dan Abu ahmad, 2005 : 119). Jadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah apersepsi.
7.6.1.2 Variabel terikat
Variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau yang mencul ketika penelitian mengiat troduksi, mengubah atau pengganti variabel bebas, menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karena sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel terpengaruhi (Suharsimi arikunto, 2006: 106). Jadi variabel terkat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

7.6.2. Definisi Operasional Variabel
7.6.2.1 Kebiasaan belajar adalah suatu perilaku yang ditunjukan oleh siswa yang dilakukan secara berulang-ulang dari waktu kewaktu secara otomatis.
7.6.2.2 Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
7.7 Metode Ananlisis Data
Untuk dapat menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, maka teknik analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode statistika dengan rumus teknik korelasi produk moment sebagai berikut :

N∑XY – (∑X ) (∑Y )
rxy =
{(N∑ X² - (∑X )²} { N∑ Y² – ((∑X )²}


Keterangan :
r = koefisien korelasi
xy = jumlah skor x dan y
Σx = jumlah skor dalam Variabel x
Σy = jumlah skor dalam Variabel y
Σxy = jumlah hasil kali skor x dengan skor yyang berpasangan
Σx = jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel x
Σy = jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel y
N = banyak subyek skor x dan y yang berpasangan
Pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikasi 5% tabel nilai “Product Moment” dengan kriteria sebagai bentuk :
Bila r hitung .> r tabel maka ha diterima
Bila r hitung .< r tabel maka ho ditolak. (Suharsimi Arikunto, 1991 : 256).



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Ssuatu Pendekatan Praktik, Jakarta Renika Cipta, Jakarta.

Ahmad Usman, 2006, Metodelogi Penelitian ( Aplikasi Dalam Bidang Pendidikan), Bima.

Abu Ahmadi, H, Widodo Supriyono, 1982, Psikologi Belajar, Ribneka Cipta, Jakarta.
B. Miles Matthew dkk, 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia. Jakarta.
Choli Narbuko, Abu Ahmadi, 2005, Metodelogi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hasbullah, 2005, Diktat Pengantar Pendidikan, Bima.
I.W. Nurkencana, 1986, Evaluasi Pendidikan,Surabaya.
Kaelan dkk, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Paradigma. Yogyakarta.
Kholifah. 2003. Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar Terhadap prestasi Belajar Akuntansi Siswa Madrasah Aliyah Al- Azhar Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FE Universitas Negeri Malang.
Muhibbin Syah, 1999, Psikologi Belajar. Jakarta.
Martimis Yamin, 2007, Profesi Guru dan Implementasi KTSP, Tim Gaung Persada Press, Jakarta.
Muhyono. 2001. Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa kelas 1 cawu 2 SMU Negeri 6 Malang Tapel 2000/2001. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
N.Y. Roestiyah, 1986, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Bima Aksara. Jakarta.
Nasution, 2000, Azas-Azas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Noeng Muhadjir, 1991, Penelitian Dalam Pendidikan, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru, Jakarta

Sugiyono, 2006, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ) Alfabeta, Bandung.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.
Sardiman, 1996, Iteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Slameto, 2003, Balajar dan Faktor-Fkator Yang, Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

T. Raka Joni, 1981, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Guru, Jakarta.
Thabrany, H. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Usman Ahmad, 2006. Metodelogi Penelitian (Aplikasi Dalam Bidang Pendidikan dan Sosial). Staim Bima.
W. Gulo, 2002, Metodelogi Penelitian, Grasindo, Jakarta.
, 2003. Undang-Undang RI no. 20. Tahun 2003.( Undang-Undang Sisdiknas). Sinar Grafika. Jakarta.
, 2006. Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Tahun 2005). Fokus Media. Jakarta.

Senin, 17 Mei 2010

PROPOSAL SKRIPSI "PENGARUH PEMBERIAN TUGAS JURNAL TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS VIII SMP NEGERI 2 WAWO

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS JURNAL TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS VIII SMP NEGERI 2 WAWO
TAHUN AJARAN 2009-2010

A. Latar Belakang Masalah
Dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan belajar mengajar. Seorang guru harus mengetahui dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi serta langkah-langkah apa yang diperlukan sehingga tugas-tugas keguruannya bisa dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Salah satu wawasan yang perlu dimiliki guru adalah startegi belajar mengajar yaitu garis besar haluan bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah digariskan, dengan kata lain strategi bisa juga diartikan sebagi pola-pola umum kegiatan guru dan murid di dalam perwujudan proses belajar mengajar. Dengan strategi tersebut, guru mempunyai pedoman yang berkenaan dengan berbagai alternatif pilihan yang mungkin dapat atau ditempuh supaya kegiatan belajar mengajar itu berlangsung secara teratur, sistimatis, terarah, lancar dan efektif.
Dengan mengetahui strategi tersebut, diharapkan akan mempermudah para guru dalam melaksanakan tugasnya. Suatu program yang dilaksanakan tanpa pedoman dan arah yang jelas, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang pada gilirannya dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang diinginkan.
Dengan mengenal berbagai strategi belajar mengajar, guru akan memperoleh gambaran tentang proses dan kegiatan belajar mengajar pada umumnya, kemungkinan masalah yang akan ditemui dan cara mengatasinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat dilangsungkan dengan baik, sistematis, terarah, dan berhasil.
Di dalam proses belajar mengajar ada tiga cara belajar yaitu cara klasikal berarti setiap anak mempelajari hal yang sama dalam waktu dan cara yang sama, cara kelompok maksudnya beberapa siswa dihimpun dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi masalah atau tugas oleh guru untuk dipecahkan bersama kelompoknya dan biasanya masalah berbeda-beda, sedangkan cara mandiri maksudnya setiap siswa di kelas diberikan tugas yang bersifat perorangan.
Dengan demikian salah satu iklim mengajar yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang baik selain pengelaolaan kelas, penerapan metode yang bervariasi , guru harus memberikan tugas yang bervariasi kepada siswanya. Salah satu tugas tersebut adalah memberikan tugas jurnal belajar, karena dengan adanya jurnal belajar segala macam bentuk aktifitas dalam belajar akan tercatat dan tersusu, dengan rapi didalam jurnal tersebut .
Berdasarkan uraian di atas dalam pelaksanaannya pemberian tugas jurnal ini, apabila dilakukan secara efektif oleh guru dalam proses pembelajaran menurut hemat peneliti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “pengaruh pemberian tugas jurnal terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMP Negeri 2 Wawo tahun ajaran 2009-2010”.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian tugas jurnal terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMP Negeri 2 Wawo tahun ajaran 2009-2010.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui dan menjelaskan pengaruh pemberian tugas jurnal terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMP Negeri 2 Wawo tahun ajaran 2009-2010.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
a. Sebagai masukan kepada kepala sekolah untuk bahan pengembangan program pembelajaran pada tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi ilmiah kepada instansi yang berwenang tentang pengaruh pemberian tugas kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Bagi Guru
a. Sebagai masukan bagi guru dalam pembelajaran bahwa metode pemberian tugas kelompok sangat berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat membantu tugas guru kelas di sekolah untuk mengidentifikasikan lebih lanjut tentang cara-cara belajar siswa dalam pemanfaatan metode pemberian tugas dalam belajar.
3. Bagi Siswa
a. Melalui penelitian ini diharapkan akan terungkap sisi positif dalam pemberian tugas jurnal terhadap siswa sehingga dapat dimaksimalkan bagaimana upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
b. Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan motivasi kepada siswa dalam meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran
4. Bagi Peneliti
a. Akan meningkatkan pengetahuan peneliti sendiri akan manfaat metode pemberian tugas jurnal dalam kegiatan pembelajaran.
b. Memberikan bukti secara ilmiah akan pentingnya pemberian tugas jurnal dalam peningkatan prestasi belajar siswa.
c. Sebagai referensi bagi peneliti setelah menjadi tenaga pendidik/guru.

E. Devinisi Operasional Variabel
Setelah variabel itu di identifikasikan, untuk lebih jelasnya mengenai variabel dalam penelitian ini. Maka perlu di buatkan definisi operasional variabel, sebagai berikut:
1. Pengaru adalah suatu daya yang ditimbulkan setelah diberikan jurnal belajar.
2. Pemberian tugas adalah usaha yang dilakukan agar terkadi perubahan belajar pada diri siswa setelah diberikan jurnal belajar.
3. Jurnal belajar adalah catatan tentang segala bentuk pengalaman dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran
4. Prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam suatu pekerjaan atau perbuatan nantinya dipakai dalam menentukan kriteria kenaikan kelas atau kelulusan.

F. Hipotesis
Dalam buku-buku pustaka khususnya yang berbicara mengenai metode penelitian, banyak ahli telah mencoba merumuskan pengertian hipotesis itu sendiri, diantaranya mengartikan hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris .
Ahli yang lain mengatakan hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya .
Dengan kedua pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang kebenarannya perlu dibuktikan dengan melakukan penelitian.
Kegunaan hipotesis itu sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep secara langsung dapat diuji dalam penelitian.
3. Memberi arah pada penelitian.
4. Memberi kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian .
Berdasarkan orientasi teori di atas maka dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis kerja ”ada pengaruh pemberian tugas jurnal terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMP Negeri 2 Wawo tahun ajaran 2009-2010”

G. Tinjauan Pustaka
1. Jurnal Belajar
1.1. Pengertian Jurnal Belajar
Salah satu pilar pendidikan modern sekarang ini adalah terampilnya guru menciptakan berbagai macam strategi belajar mengajar, misalnya dalam hal pengelolaan kelas, penerapan metode, cara belajar siswa, dan sebagainya yang semuanya itu akan memberikan dampak positif terhadap anak didiknya. Konteks tersebut dipilih untuk membantu siswamengembangkan pemahaman siswa terhadap berbagai bentuk pengelaman yang dialaminya ketikan barada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Dengan melihat pernyataan di atas, maka usaha yang dilakukan guru untuk membantu siswa dalam belajar serta meningkatkan prestasinya, salah satunya yaitu mencoba memberikan tugas untuk membuat jurnal belajar dimana jurnal belajar tersebut akan membuat segala macam aktivitas yang dilakukan siswa akan teratur dan terarah. Karena di dalam buku catatan itu akan merangkum bentuk pengalaman yang dialami oleh siwaitu sendiri.
Menurut kamus besar bahas indonesia jurnal adalah catatan harian, dan dalam kamus lain jurnal adalah buku harian. Sdangkan belajar adalah “suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, ia menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemehaman keterampilan dan nilai, sikap perubahan itu relatif konsten dan berbekas .
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpuklan bahwa jurnal belajar adalah merupakan catatan tentang segala bentuk pengalaman danjenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

1.2 Bentuk Jurnal belajar
Bentuk format jurnal belajar yang diberikan oleh guru untuk siswa adalah seperti dalam tabel dibawah ini :
Tabel I:
Jurnal Belajar

Hari Tanggal Jam Kelas Pokok Bahasan Perte
muan Metode Materi Pengalaman Siswa




Keterangan format tabel tersebut di atas:
1. Hari: pada kolom ini akan di isipada hari apa saja materi pokok bahasan ini disampaikan .
2. Tanggal: pada kolom ini akan diisi pada tanggal berapa saja materi pokok bahasan ini disampaikan.
3. jam: pada kolom ini akan diisi pada jam berapa saja materi pokok bahasan ini disampaikan.
4. Kelas: pada kolom ini akan diisi pada kelas mana tugas jurnal belajar diberikan.
5. Pokok bahasan: pada kolom ini akan diisi dengan pokok bahasan yang diberi tugas jurnal.
6. Pertemuan: pada kolom ini akan diisi berapa saja materi pokok ini disampaikan.
7. Metode: pada kolom ini akan diisi dengan rangkaian metode yang digunakan oleh guru dalam menyampikan materi yang disampaikan oleh guru.
8. Materi: pada kolom ini akan diisi dengan materi apa saja yang dibahas dalam pokok bahasan yang dimaksud.
9. Pengalaman siswa: pada kolom ini akan diisi dengan pernyataan siswamulai dari perasaannya menerima materi pelajaran, penggunaan metode yang disampaikan oleh gurunya serta cara siswa mendapatkan informasi tentang materi pelajaran baik di dapat di sekolah mapipin dari sumber-sumber informasi lainnya .
Setelah guru selesai menyampikan materi pelajaran, buku jurnal ini akan dikumpulkan untuk dikoreksi oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Dari buku jurnal tersebut maka guru dapat menilai tingkat prestasi yang dimiliki oleh para siswa serta keseriusannya dalam menerima materi pelajaran.
1.3 Manfaat Jurnal Belajar
Setiap siswa tentu mempunyai keinginan agar semua materi pelakajaran yang diperolehnya di sekolah bisa disimpan dengan rapi dan baik, sehingga kelas ilmu yang didapatnya bisa dimanfaatkan. Dengan adanya jurnal belajar semua materi yang terangkum bisa disimpan dengan baik.
Adapun manfaat dari jurnal belajar adalah:
1. Sebagai pedoman dan penuntun siswa dalam belajar akan lebih teratur dan sistematis.
2. Sebagai pendorong dalam belajar, buku jurnal ini akan terus mendorong siswa untuk belajar, oleh sebab itu kegiatan belajar berarti berusaha menyelesaikan tugas belajar itu tepat pada waktunya. Dorongan atau motivasi besar maknanya bagi proses belajar seseorang. Tanpa pendorong kekuatan belajar itu akan lemah bahkan sama sekali tidak dilakukan.
3. Buku jurnal yang baik, akan membantu siswa untuk mengonmtrol, menilai, memeriksa sampai dimana tujuan belajar siswa rapi. Dengan demikian dapat dilihat dari segi kekurangan dan kelemahan diri sendiri . Buku jurnal itu akan menimbulkan usaha-usaha memperbaiki diri sendiri .

2. Hasil Belajar Siswa
2.1 Pengertian Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dinyatakan dengan nilai (angka), maka berarti besar kecilnya nilai yang diperoleh akan menunjukkan besar kecilnya atau tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh setiap murid. Apabila murid mendapat nilai yang tinggi, ini berarti prestasi yang didapat oleh murid itu juga tinggi. Hal ini juga menunjukkan adanya perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar. Sebaliknya apabila seorang murid mendapat nilai rendah, maka ini menunjukkan bahwa prestasinya rendah. Setiap murid mempunyai prestasi yang berbeda-beda pula sesuai dengan kemampuan masing-masing. Perubahan terlihat pada besar kecilnya prestasi belajar yang dicapai oleh murid tersebut. Biasanya prestasi murid diwujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Adinegoro, 1975 bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan atau kecerdasan seseorang dalam mensukseskan suatu tujuan belajar sehingga tujuan itu jelas dan menentukan .
Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Hasil Belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok sebagai hasil dari kegiatan belajar .
Mengacu dari kedua uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu laporan dan bukti akhir dari suatu usaha anak yang telah memenuhi syarat terhadap masalah yang dipelajarinya baik itu dengan melihat atau diamati. Dengan demikian yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam hal belajar yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku serta perubahan keterampilan.









2.2 Manfaat Hasil Belajar Siswa
Secara teoritis, hasil belajar dalam lembaga pendidikan mempunyai arti yang strategis jika ditinjau dari segi kegunaan. Ataupun manfaatnya, antara lain sebagaimana tertera di bawah ini :
1. Hasil belajar siswa dapat meramalkan dan memproyeksi perkembangan kemajuan siswa secara individual maupun secara kelompok.
2. Sebagai bahan laporan bagi kemajuan siswa yang bersangkutan, kepada orang lain (orang tuanya) tentang kemampuannya, disamping sebgai keterangan mengenai diri siswa itu selama mengikuti pendidikan pada suatu lembga pendidikan tertentu.
3. Sebagai bahan informasi tentang keberhasilan studi seseorang bagi suatu sekolah dimana ia bekedudukan sebagai siswa baru pada jenjang atau tingkat pendidikan tertentu.
4. Hasil belajar siswa dapat dijadikan sebagai bahan untuk menentukan status siswa dalam berbagai mata pelajaran.
5. Hasil belajar siswa dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan tentang metode dan bahan yang diberikan oleh guru dalam pelaksanaan supervisi .
Degan konsep teori tentang kegunaan dan manfaat prestasi belajar siswa seperti yang tertulis di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar itu memiliki beberapa kegunaan atau manfaat oleh karena itu prestasi belajar merupkan sebuah petunjuk yang dapt dijadikan parameter (Ukuran) tentang keberhasilan siswa.
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor endogen yaitu faktor fisik dan faktor psikis.
Faktor fisik meliputi : (a) kesehatan tubuh, agar siswa belajar dengan baik, maka mereka harus senantiasa menjaga kesehatan tubuhnya, berbagai gangguan seperti flu, sakit perut, pusing-pusing dan kelelahan dapat menurunkan konsentrasi yang pada akhirnya menghambat pencapaian hasil belajar, (b) kesehatan indra, indra merupakan alat komunikasi antara dunia internal dengan obyek yang dipelajari, seandainya alat indra terganggu, maka dapat mempengaruhi daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan guru, (c) makanan bergizi dalam tubuh merupakan sumber tenaga untuk melakukan segala aktivitas termasuk didalamnya aktivitas belajar, kekurangan gizi dapat menyebabkan tenaga yang dihimpun berkurang dan hal ini akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
Faktor psikis meliputi: (a) Intelegensi, intelegensi diartikan sebagai kecakapan untuk memenuhi situasi-situasi baru atau belajar melakukan dengan tanggapan-tanggapan penyesuaian diri yang baru. Semakin tinggi intelegensi siswa, maka semakin mudah menerima mata pelajaran yang disampaikan guru, sehingga akhirnya dapat diketahui bahwa siswa semakin mengetahui materi yang disampaikan oleh guru, maka semakin tinggi prestasi belajarnya, (b) Bakat, bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkan dengan latihan khusus mencapai suatu kecakapan, kondisi yang dimaksud adalah kondisi fisik yang menyangkut sejumlah kemampuan yang sudah terbentuk dalam arti siap pakai. Jadi seorang siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya cenderung mencapai hasil belajar yang lebih baik, (c) Motivasi, motivasi dapat diartikan sebagai kondisi psikologis yang mendorong seseorang untk melakukan aktifitas guna mencapai tujuan. Dalam diri siswa, motivasi timbul karena adanya keseimbangan individu terganggu, maka individu akan berusaha sekuat tenaga untuk mengembangkan kondisi fisik dengan memenuhi kebutuhan tersebut.
Faktor endogen, yang terdiri dari keluarga dan sekolah, keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dalam memberikan layanan pendidikan pada anak, oleh karena itu lingkungan keluarga sangat menentukan perkembangan anak. Dari anggota keluarga yaitu ayah, ibu dan saudaranya akan memperoleh gejala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial. Beberapa faktor yang bersumber dari keluarga adalah pengertian orang tua, keadaan sosial ekonomi, dan latar belakang sosial kebudayaan .
Pada dasarnya sekolah adalah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas mengembangkan semua potensi siswa secara optimal, namun pada kenyataannya dalam menghubungkan potensi siswa terkadang terdapat faktor-faktor yang sebenarnya jika dilakukan dengan baik dapat menunjang prestasi/hasil belajar siswa, akan tetapi kurang difungsikan pada tempatnya, maka justru dapat menghambat perkembangan para siswa untuk mencapai prestasi belajar di sekolah. Faktor-faktor tersebut adalah interaksi guru dan murid, standar belajar di atas ukuran, media yang digunakan kurikulum, keadaan sekolah, pelaksanaan disiplin, metode belajar, dan tugas-tugas serta layanan bimbingan karier pada siswa.
Menurut Slameto, faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1) Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam didalam diri individu siswa yang sedang belajar, dan 2) Faktor eksteren yaitu faktor yang berada di luar individu .
1. Faktor Intern
Adapun yang menjadi faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis terdiri dari faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan baik kelelahan jasmani maupun rohani.
2. Faktor Eksteren
a. Faktor keluarga, cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan murid, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, keadaan gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat juga merupakan faktor eksteren yang mempengaruhi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keadaan siswa dalam masyarakat, mas media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Selain faktor yang telah diuraikan di atas lingkungan adalah merupakan faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam mendukung anak untuk meraih prestasi/hasil belajarnya, faktor ini juga bisa dikatakan faktor eksteren yaitu faktor yang datang dari luar anak tersebut. Yang termasuk faktor ini antara lain : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
a. Faktor orang tua
Faktor orang tua merupkan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orang tua dapat mendidik anak-anak dengan cara memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya, sebaliknya orang tua yang tidak mengindahkan pendidikan anaknya, acuh tak acuh, bahkan tidak memperhatikan sama sekali tentu tidak akan berhasil dalan belajarnya.
Begitu pula orag tua yang memanjakan anak-anaknya, juga termasuk cara mendidik yangg kurang baik, anak manja biasanya sukar dipaksa untuk belajar atau ia dibiarkan saja, karena orang tua terlalu sayang pada anaknya.
Faktor lain yang ada hubungannya dengan faktor orang tua adalah hubungan orang tua dengan anak. Adapun orang tua dengan anak yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian yang disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman, dengan tujuan untuk memajukan belajar anak. Begitu juga contoh sikap yang baik dari orang tua sangat mempengaruhi belajar anak.
b. Faktor suasana rumah
Lingkungan keluarga yang lain dapat mempengaruhi usaha belajar anak dalam meraih prestasi belajar adalah faktor suasana rumah. Suasana rumah yang terlalu gaduh atau lebih ramai tidak akan memberikan anak untuk belajar dengan baik, misalnya rumah dengan keluarga besar atau banyak sekali penghuninya, begitu juga dengan suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok di antara anggota-anggotanya, anak akan merasa sedih, bingung dan dirundung kekecewaan serta tekanan batin yang terus menerus akibatnya kesempatan untuk belajar akan terganggu.
c. Faktor ekonomi keluarga
Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan juga dalam belajar anak untuk meraih prestasi. Misalnya anak dari keluarga yang mampu dapat membeli alat sekolah dengan lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga yang miskin tidak dapat membeli alat-alat tersebut. Dengan alat yang serba tidak lengkap ini maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang sekali.

2. Lingkungan Sekolah.
Lingkungan sekolah kadang-kadang juga menjadi faktor hambatan bagi anak, yang termasuk dalam faktor ini adalah :
a. Cara penyajian pelajaran yang kurang baik, dalam hal ini misalnya karena guru kurang persiapan atau kurang menguasai buku-buku pelajaran.
b. Hubungan guru dengan murid yang kurang harmonis, biasanya bila anak tersebut menyukai gurunya, akan suka pula pada pelajaran yang diberikan. Sebaliknya bila anak sudah membenci kepada gurunya atau ada hubungan yang kurang baik maka dia akan sukar menerima pelajaran tersebut.
c. Hubungan antara anak dengan anak yang kurang menyenangkan. Hal ini terjadi pada anak yang diasingkan atau dibenci oleh teman-temannya, sehingga anak yang dibenci ini akan mengalami tekanan batin yang bisa menghambat pelajaran.
d. Bahan ajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran normal kemampuan anak.
e. Alat-alat belajar di sekolah yang kurang lengkap
f. Jam-jam pelajaran yang kurang baik, misalnya sekolah yang masuk siang dimana udara sangat panas mempunyai pengaruh untuk cepat merasa lelah.
3. Lingkunga Masyarakat
Lingkungan masyarakat termasuk lingkungan yang dapat menghambat kemajuan belajar anak :
a. Mas media, seperti : bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya.
b. Teman bergaul yang memberikan pengaruh yang tidak baik. Orang tua sering terkejut bila tiba-tiba melihat anaknya yang belum cukup umur sembunyi-sembunyi merokok, mabuk-mabukan dan sebagainya.
c. Adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat, misalnya ada kegiatan organisasi, belajar pencak silat, belajar menari dan sebagainya. Jika kegiatan ini dilebih-lebihkan jelas akan menghambat belajar anak.
d. Corak kehidupan tetangga. Dalam hal ini dimaksudkan, apakah anak itu dalam lingkungan tetangga yang suka judi, atau lingkungan pedagang atau buruh dan sebagainya, sebab semua ini sangat mempengaruhi semangat belajar anak .

A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sebagai langkah awal dalam penentuan metode penelitian adalah menentukan jenis penelitian, dengan demikian jenis penelitian yang diginakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah yang menggunakan tingkat pengukuran dalam suatu ciri tertentu .
Sedangkan menurut Farid Ali mengungkapkan hal yang hampir sama dengan pendapat di atas walaupun ia menggunakan istilah metode kuantitatif adalah suatu metode yang menggunkan keterangan melalui angka-angka, sehingga gejala-gejala penelitian diukur dengan menggunakan skala-skala .
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang menggunakan angka-angka dan skala-skala tertentu yang akan diukur.
Sedangkan metode deskriptif menurut Zainal Arifin adalah penelitian yang berhubungan dengan masalah (yang ada pada saat sekarang), atau penelitian yang di rancang untuk meperoleh informasi tentang suatu gejala pada saat penelitian dilakukan .
Berpedoman dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa: penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang berusaha mengungkapkan sesuatu yang menjadi dalam bentuk angka-angka dan melakukan pengukuran dengan menggunakan skala-skala tertentu dan berusaha menjelajahi kejadian-kejadian atau gejala-gejala yang terjadi pada saat sekarang dan menerangkan secara sistematis akan fakta dan ciri-ciri dari sifat populasi yang ada.

2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini juga ialah menggunakan pendekatan korelasional, menurut Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel lainnya .
Berangkat dari uraian di atas maka dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah ada pengaruh pemberian tugas jurnal terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMP Negeri 2 Wawo tahun ajaran 2009-2010.




3. Tempat dan waktu penelitian
Dalam dalam penelitian ini yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 2 Wawo dengan waktu penelitian di laksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu mulai bulan januaril sampai bulan pebruari 2010.

4. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karaterikstik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajri dan kemudian ditarik kesimpulanya .
Selanjutnya pendapat lain mengatakan bahwa populasi keseluruhan objek penelitian .
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka dapat disimbulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek/subyek tertentu yang ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas SMP Negeri 2 Wawo yang berjumlah 40 orang siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut .
Senada dengan pendapat diatas bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti .
Dalam penelitian ini diambil 20% Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah merupakan wakil dari populasi yang ada. Sehingga dalam penelitian ini diambil 20%, yaitu penulis mengikuti pendapatnya suharsimi arikunto, apabila subjeknya lebih dari 100 maka diambil sebagian sekitar 10%-15% atau 20%-25% dan apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua .
Dalam penelitian ini adalah merupakan penelitian populasi. Hal ini juga adalah mengacu pada pendapat di atas. Karena jumlah populasi yang ada kurang dari seratus, yaitu sebanyak 40 orang siswa.

5. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka secara metodelogis ada 3 (tiga) macam tekhnik pengumpulan data yang digunakan diantaranya:
a. Obervasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melaui pengamatan yang disertai pencatatan suatu keadaan terhadap objek sasaran 10.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis/pengamatan dan ingatan .
Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan ingatan serta disertai dengan pencatatan-pencatatan.
b. Wawancara
Interviuw yang juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviuwer) .
Ahli lain mengatalan bahwa, Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab secara lisan yang berlangsung searah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang melakukan wawancara dan jawaban datang dari pihak yang diwawancarai .
Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah tekhnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab dengan nara sumber dengan menggunakan pedoman wawancara secara lengkap maupun tidak disertai dengan pedoman yang telah disusun secara sistematis.



c. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan, literatur-literatur yang relevansi dengan tujuan penelitian .

Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya .
Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa studi dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan atau buku-buku yang relevansi dengan tujuan peneliti.
d. Tes
Tes adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti .
Ahli lain mengatakan bahwa tes adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis, kepada responden untuk dijawabnya .
Berangkat dari mendapat di atas metode tes adalah suatu metode yang diberikan kepada responden untuk dijawab berupa pertanyaan atau penyataan yang disusun sedemikian rupa oleh peneliti.
Metode ini digunakan untuk mengetahui data tentang Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian tugas jurnal terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMP Negeri 2 Wawo tahun ajaran 2009-2010.

6. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :


t = X1 - X2
fo
1 + 1
n1 + n2


Keterangan :
t = Harga t
X1 = Jumlah sebelum diberi tes
X2 = Jumlah setelah diberi tes

n1 = Jumlah sampel 1
n2 = Jumlah sampel 2







I. Daftar Bacaan Sementara.
Sebagai gambaran dari isi skripsi ini maka di bawah ini akan kami uraikan daftar bacaan sementara sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masakah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasiomal, dan daftar bacaan sementara.
BAB II : Kajian pustaka ialah membahas tentang pemberian tugas jurnal terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMP Negeri 2 Wawo tahun ajaran 2009-2010.
BAB III : Metode penelitian yang berisikan desain dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, tehnik pengumpulan data , instrument penelitian dan analisa data.
BAB IV : Hasil penelitian yang berisikan hasil penelitian dan pemebahasan.
BAB V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.


















DAFTAR PUSTAKA



Ahmad Usman, Metodelogi Penelitian (Aplikasi Dalam Bidang Pendidikan dan Sosial). Staim Bima. Tahun 2006.

Abu Ahmadi Dan Joko P. Strategi Belajar Mengajar. CV Putaka Setia jakarta. Tahun 1997.

Cholid Narbuko. Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. Tahun 2005.

Hasibuan J.J. Proses Belajar Mengajar. Bandung Tarsito. Tahun 1995.

Khadijah. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Skripsi STKIP Bima. Tahun 2002.

Murni. Pengaruh Pemberian Metode Ceramah terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas II di SMA 4 Kota Bima. STKIP Bima. Tahun 2005.

Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara Jakarta. Tahun 2005.

Syaifu Bahri Djamara. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha Nasional. Surabaya. Tahun 1994.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Renika Cipta.Jakarta. 2006.

Sugiyono. Metode penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ). Alfabeta. Bandung. 2006.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Tahun 2003.

Soewandi Kartawijaja. Pendidikan Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Persada Jakarta. Tahun 1999.

W. Gulo. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Grasindo, Jakarta. Tahun 2003.

Wingkel WS. Psikologi Pengajaran. PT gramedia Jakarta. Tahun 1987.

YD. Gunarsah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prstasi Belajar Siswa. PT Remaja Rosdakarya Bandung. Jakarta. 2003.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, Umbara Jakarta. Tahun 2005.